Saya menduga, penggunaan agama dalam konflik antarindividu atau kelompok, dilakukan oleh orang-orang yang sejatinya takut untuk terlibat dalam konflik sendirian. Memanfaatkan sikap fanatik buta yang menimpa sebagian orang dalam beragama akan sangat menguntungkan untuk mendapatkan dukungan secara mudah. Mereka lihai membungkus masalah dan kepentingan pribadi dengan bungkus berjargon agama hingga menyamarkan masalah sebenarnya. Orang lain tidak mampu membedakan antara kepentingan pribadi atau kepentingan untuk membela agama.
Hemat saya, agama harus ditempatkan pada posisi yang tepat sebagai sumber ajaran yang dapat menjadikan hidup manusia lebih damai, aman, dan penuh kemaslahatan. Jika beragama tetapi hanya menumbuhkan sikap penuh kebencian dan perang, saya yakin bahwa praktik keagamaan itu telah melenceng dari cita-cita sejati agama.***
Artikel Terkait
Para Perampok yang Bersembunyi di Balik Atribut Kekuasaan
Kejujuran Fondasi Bangsa yang Terlupakan
Kasus Pagar Laut: Pemerintah Tidak Boleh Gegabah, Pahami Undang-Undang
Gaduh Pagar Laut, Framing Politik Berkedok Kepentingan Publik, Fakta di Balik Serangan PSN PIK 2
Pelajaran Politik dari Kisruh Elpiji 3 Kg
Kasus Pagar Laut Tangerang, Penegakan Hukum Harus Berbasis Fakta, Bukan Asumsi Ceroboh