Menguak Rahasia Diplomasi Global Lewat Buku Teguh Santosa di Pojok Baca Digital PWI

photo author
- Jumat, 17 Mei 2024 | 21:53 WIB
Teguh Santosa saat memberikan dua buku karya terbarunya yang mencetak Rekor Muri di kantor PWI, Jumat (17/5/2024).
Teguh Santosa saat memberikan dua buku karya terbarunya yang mencetak Rekor Muri di kantor PWI, Jumat (17/5/2024).

HUKAMANEWS - Dua karya Teguh Santosa, "Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik" dan "Buldozer dari Palestina", kini menghiasi Pojok Baca Digital di kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Buku-buku yang berisi wawancara Teguh dengan para duta besar negara sahabat di Jakarta ini diserahkan langsung oleh penulis kepada Sekretaris Jenderal PWI, Sayid Iskandarsyah, pada hari Jumat (17/5).

Diluncurkan pada 30 Juli tahun lalu di Jaya Suprana School of Performing Arts, dua buku karya Teguh Santosa ini telah dicatat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai buku dengan wawancara duta besar terbanyak.

Baca Juga: Patung Melik Nggendhong Lali, Butet dan Megawati

"Buku ini merekam berbagai problematika politik global dari sudut pandang puluhan negara, mewakili semua benua," ujar Teguh, yang juga dosen hubungan internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mantan Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013-2018) dan anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2020) ini berharap buku-bukunya dapat menambah wawasan pembaca dalam memahami dinamika politik global, di mana Indonesia berperan penting.

Sekjen PWI Sayid Iskandar menyambut baik sumbangan Teguh dan yakin buku-buku ini bermanfaat bagi anggota dan pengurus PWI.

Baca Juga: Tenang, Jamaah Haji 2024 Terlindungi Asuransi, Keamanan dan Kenyamanan Oleh Pemerintah dari Asrama hingga Pulang ke Tanah Air

Lebih dari Sekedar Wawancara Dubes

Kiprah Teguh di dunia jurnalistik dan kepustakaan tak berhenti pada dua buku terbarunya.

Karya lain Teguh, "Di Tepi Amu Darya", mengisahkan reportase dari perbatasan Uzbekistan dan Afghanistan menjelang kejatuhan Taliban di tahun 2001. Dalam buku ini, Teguh yang saat itu memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) berusaha mencapai Kabul dari utara, tepatnya kota Termez di tepi Sungai Amu Darya.

Upaya Teguh menembus Kabul terhambat karena jembatan penghubung kedua negara tak kunjung dibuka. Namun, dari tepi Amu Darya, Teguh merekam perspektif lain dari ketegangan yang sedang terjadi.

Baca Juga: 5 Fakta Miris Kasus Pembunuhan Vina Cirebon yang Kembali Viral Usai Filmnya Dirilis! Polda Jabar Tetapkan DPO Setelah 8 Tahun Peristiwa Berlalu

Menembus Dunia Penerbitan Internasional

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Jukung Julak: Rumah Makan yang Menyimpan Ribuan Doa

Rabu, 19 November 2025 | 20:13 WIB

Soal Gelar Pahlawan Soeharto, Saya Berbeda Pandangan

Minggu, 9 November 2025 | 06:05 WIB

45 Tahun WALHI: Gerakan Tanpa Kultus

Jumat, 17 Oktober 2025 | 15:38 WIB

Ketika Para Ibu Sudah Turun ke Jalan

Senin, 31 Maret 2025 | 13:18 WIB
X