Hukamanews.com – Suatu pagi di bulan September, Al Fatih terlihat berdesak – desakan di antrian Posyandu Melati Kelurahan Kalibanteng Kidul Semarang Barat. Agenda kali ini adalah pemberian vaksin campak kepada seluruh anak balita di wilayah tersebut. Sebelum mendapatkan suntikan, masing – masing anak mendapatkan pemeriksaan rutin berupa penimbangan berat badan dan tinggi badan, serta lingkar kepala.
“Fatih berat badan 12,5 kilogram , tinggi badan 102 centimeter.” seru petugas posyandu setempat
Langkah berikutnya adalah pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis oleh pihak Puskesmas Lebdosari yang ditunjuk sebagai pelaksana pemberian vaksin.
“Ibu , ada nomer handphone yang bisa dihubungi.” tanya petugas tersebut
“Karena kalau dilihat dari pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, anak ibu, Fatih berada di garis kuning, tumbuh kembang normalnya anak seusia 4 tahun.” Tambahnya
Meski tingginya mampu mencapai batas normal tinggi anak – anak sebayanya, ternyata bagi petugas Puskesmas tersebut, Fatih masuk ke dalam kategori tingkat kerawanan.
Melihat hasil pemeriksaan kesehatan Fatih , beda lagi dengan yang dialami oleh Bunda Nia, ketika melihat perkembangan buah hatinya yang bernama Mika.
“Mika , saat ini usianya masih dibawah 4 tahun, beratnya memang sudah mencukupi, yaitu mencapai angka 13,5 kilogram. Namun tinggi badannya, baru mencapai angka 95 centimeter. Saya sampai kebingungan bagaimana harus mengejar tinggi badannya agar sesuai usia perkembangan.” cerita Bunda Nia, warga Gajahmungkur Semarang Tengah, ( 14/09/22) lalu
Bunda Nia khawatir anaknya ada indikasi stunting. Namun ia mengaku cukup lega, karena walaupun susah makan, balitanya ini sangat suka mengonsumsi buah . Karena itulah dia selalu membuat menu sehat untuk buah hatinya.
Beda dengan Mikha, untuk urusan makan , si Fatih terbilang gampang – gampang susah. Fatih terbilang memiliki variasi jenis makanan yang dikonsumsi. Tempe produk protein nabati, bahkan tahu, ia terbilang mau buka mulut. Sayuran seperti halnya wortel, kembang kol, brokoli, ia sangat suka. Buah pun , ia mau mengkonsumsinya meski dalam kategori buah yang manis saja rasanya.
“Urusan jenis makanan hewani, sepeti ayam dan ikan laut, selain jarang juga didukung faktor kesulitan mengunyah.” kata Wati sebagai ibunya
Mendengar kata stunting, jelas membuat para ibu ini sangatlah khawatir. Membuka pencarian di situs Kementerian Kesehatan RI, kata stunting selain identik dengan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan baik dari segi jumlah dan kualitas gizi yang tidak beragam.
Baca Juga: Gerakan Membaca Buku Di Kota Semarang, Setiap Anak Butuh Buku Yang Menarik Judul dan Isinya
“Untuk masa pertumbuhan , perlu memperbanyak sumber protein. Untuk menyiasati agar anak mau mengonsumsi protein hewani seperti daging merah, daging ayam, ikan. Bisa kita buat olahan yang menarik seperti nugget. Atau kukusan telur menggunakan bahan tambahan labu kuning.” kata Nia Nurdiansyah, sebagai praktisi makanan sehat Pasar Sehat Semarang, didepan peserta Kelas Sehat , “ Bento Sehat, Praktis dan Anti Ribet”, Minggu (25/09/22 )
Untuk membuat bekal anak pulang tanpa sisa satu lembar sayur pun, Nia memberikan banyak ide. Sepotong buah naga pun bisa diambil sarinya dan warna merahnya untuk dicampur dengan nasi putih.