Komisaris Jenderal (Purn) Mohammad Jasin: Bapak Brimob, Penumpas Separatisme

photo author
- Jumat, 1 Juli 2022 | 07:30 WIB
Komisaris Jenderal (Purn) Mohammad Jasin, mendapat julukan Bapak Brimob dan Penumpas Separatisme
Komisaris Jenderal (Purn) Mohammad Jasin, mendapat julukan Bapak Brimob dan Penumpas Separatisme

Baca Juga: Denny Sumargo Undang Ustaz Faizar, Bahas Podcast Kutukan dan Dirukiah

Menumpas Separatisme

Moehammad Jasin senantiasa hadir ketika ada pihak-pihak yang dituding melakukan separatisme setelah Indonesia merdeka. Ia dan laskar brigade mobilnya nyaris selalu turun tangan setiap kali ada upaya macam itu.

Sebelum Peristiwa Madiun 1948, misalnya, Jasin sudah memantau pergerakan kaum kiri. Menurut Pinardi dalam Peristiwa Coup Berdarah PKI September 1948 di Madiun (1967), kegiatan PKI di kota tersebut dinilai secara tepat oleh Jasin selaku Komandan Mobile Brigade Besar Jawa Timur saat itu (hlm. 133).

Usai itu, Jasin terlibat dalam penanggulangan Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang bermaksud melakukan kudeta pada 23 Januari 1950. Ia memperoleh misi penting untuk menyelamatkan pemerintah dari bahaya APRA di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling.

“Untuk itu,” sebut Jasin dalam Jasin Sang Polisi Pejuang, “saya membentuk satu komando Operasi Mobile Brigade yang terdiri dari 25 kompi dan dikonsentrasikan di Jakarta. Saya duduk sebagai pimpinan komando. Operasi ini juga bertujuan untuk menunjukkan kekuatan demi kepentingan wibawa pemerintah sambil mengatasi bahaya APRA dan mitranya” (hlm. 167).

Baca Juga: Kasus Cacar Monyet Muncul di Singapura

Setelah masalah APRA dapat diatasi, muncul gerakan separatis lainnya, yakni gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dideklarasikan pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat. Jasin kembali dipanggil untuk ambil bagian dalam menuntaskan urusan ini.

Ia kemudian membentuk dan memimpin batalyon khusus berupa 10 kompi Brigade Mobil untuk menumpas DI/TII. Dalam prosesnya, Jasin juga harus menangani misi serupa di Aceh. DI/TII rupanya sudah menyebar ke sejumlah wilayah, termasuk di Serambi Mekkah yang dimotori Daud Beureueh.

Perjalanan ke markas DI/TII di Aceh menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Jasin dan pasukannya.

Dikutip dari Seri Buku Tempo tentang “Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan: Daud Beureueh” (2016), rombongan Jasin beberapa kali dicegat ratusan pasukan DI/TII.

Baca Juga: Mulai 1 Juli, Beli BBM Subsidi Wajib Pakai MyPertamina

Jasin sempat terheran-heran karena laskar pemberontak itu memiliki persenjataan yang cukup canggih, termasuk bazooka. Padahal, kata Jasin, “Saat itu TNI belum memiliki bazooka. Kita tidak punya uang untuk membelinya” (hlm. 26).

Dalam persoalan DI/TII di Aceh ini, Jasin melakukan pendekatan personal, bukan lewat penyerangan.

Tiba di markas mereka, ia justru terlibat diskusi santai dengan Daud Beureueh sembari menyeruput kopi panas. Akhirnya, misi Jasin tuntas secara damai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X