Gus Yahya Menolak Lengser: “Saya Tidak Bisa Diberhentikan Kecuali Muktamar!”
Dalam konferensi pers pada 26 November 2025, Gus Yahya menegaskan dirinya masih sah sebagai Ketum PBNU secara de jure maupun de facto.
Ia menyebut surat pemecatan itu tidak sah karena mandat Ketua Umum hanya bisa dicabut melalui Muktamar sebagai forum tertinggi PBNU.
Menurutnya, rapat Syuriyah tidak memiliki wewenang memecat dirinya, bahkan tidak berwenang memberhentikan fungsionaris lembaga sekalipun.
Ia juga mengkritik rapat yang dianggap menutup ruang klarifikasi dan langsung menjatuhkan keputusan berupa hukuman organisasi.
Tepis Isu Dukung Israel, Gus Yahya Ungkap Kronologi Lawatan 2018
Menjawab isu kedekatannya dengan Israel, Gus Yahya menjelaskan bahwa lawatannya ke Yerusalem pada 2018 sudah ia buka secara transparan sejak sebelum ia terpilih sebagai Ketum PBNU pada Muktamar 2021.
Ia menegaskan bahwa pertemuannya dengan Netanyahu saat itu dilakukan justru untuk menyuarakan dukungan kepada Palestina di berbagai forum internasional.
Gus Yahya menekankan bahwa sikapnya konsisten sejak dulu: membela Palestina secara terbuka, bahkan di hadapan pemimpin Israel.
Penegasan ini menjadi upaya meredam narasi miring yang berkembang di media sosial dan grup-grup internal NU dalam beberapa hari terakhir.
Gejolak internal PBNU terkait pemecatan Gus Yahya menunjukkan bahwa dinamika organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini semakin kompleks dan sensitif terhadap isu global.
Konflik ini juga menjadi cermin bahwa isu Palestina–Israel tetap memiliki resonansi besar di Indonesia, terutama di kalangan warga NU.
Ke depan, rapat pleno PBNU dan sikap resmi Rais Aam akan menjadi penentu arah organisasi serta masa depan kepemimpinan di tubuh PBNU.***