2.5–4.0 meter di Laut Arafura bagian barat dan tengah.
1.25–2.5 meter di Samudra Hindia selatan NTT, Laut Sawu, Perairan selatan NTT, serta perairan Kepulauan Tanimbar dan Leti.
Bagi nelayan, gelombang setinggi itu cukup membahayakan terutama bagi kapal kecil dan kapal tradisional.
BMKG Minta Kesiapsiagaan: Jangan Terpancing Hoaks Cuaca
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menekankan pentingnya kesiapsiagaan pemerintah daerah dan koordinasi lintas instansi.
Ia meminta otoritas setempat untuk mengantisipasi dampak lanjutan seperti rob, kerusakan infrastruktur, dan gangguan transportasi laut.
Andri juga menegaskan BMKG akan terus memantau secara intensif selama 24 jam.
“Penting untuk selalu mengakses informasi resmi melalui kanal BMKG dan menghindari penyebaran informasi yang belum dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Peringatan ini juga ditujukan kepada nelayan, operator kapal, dan masyarakat pesisir agar menunda perjalanan laut bila kondisi tidak memungkinkan.
Fenomena Bibit Siklon 97S menjadi pengingat bahwa cuaca ekstrem di wilayah Indonesia Timur adalah sesuatu yang harus diwaspadai sepanjang tahun.
Dengan dukungan atmosfer yang sangat kondusif, peluang penguatan siklon menjadi lebih tinggi dan dampaknya bisa terasa di banyak sektor.
Untuk itu, masyarakat disarankan terus memperbarui informasi resmi, menjaga keselamatan, dan tidak mudah terpancing kabar yang belum diverifikasi.***