Penyidik sudah mengantongi identitas terduga pelaku dan melakukan penggeledahan di rumahnya untuk mencocokkan barang bukti.
Hasil penyidikan sementara mengarah pada dugaan bahwa pelaku merakit bahan peledak setelah mempelajari konten tertentu dari internet.
Meski demikian, polisi masih mendalami motif lengkap, termasuk kemungkinan tekanan sosial, pengaruh game online, hingga paparan konten digital berbahaya.
Insiden SMAN 72 Jakarta menjadi pengingat bahwa keamanan pelajar tidak hanya berkaitan dengan fasilitas fisik sekolah, tetapi juga lingkungan digital yang kian tak terbatas.
Pemerintah, sekolah, dan orang tua kini dituntut untuk bekerja lebih dekat, mulai dari mengawasi konsumsi digital anak hingga memperkuat interaksi sosial di dunia nyata.
Masyarakat pun diimbau melapor bila melihat perubahan perilaku mencurigakan pada pelajar di sekitar mereka, demi mencegah tragedi serupa terulang.***