Menurutnya, beberapa game menampilkan simulasi senjata dan adegan kekerasan yang bisa menumpulkan empati serta membuat tindakan agresif terlihat wajar bagi pelajar.
PUBG kembali disebut sebagai contoh game yang menyajikan detail senjata lengkap, sehingga berpotensi mempengaruhi persepsi pelajar terhadap kekerasan.
Sejumlah psikolog anak sebelumnya juga mengingatkan bahwa paparan kekerasan digital jangka panjang dapat memicu desensitisasi, terutama pada remaja yang belum stabil secara emosional.
Isu Bullying Ikut Muncul, Pemerintah Minta Sekolah Lebih Ketat
Saat ditanya soal kemungkinan adanya unsur bullying, Prasetyo mengingatkan pentingnya sekolah memiliki mekanisme deteksi dini.
Baca Juga: Gamer Mulai Waswas, Kelangkaan GDDR7 Bisa Ganggu Peluncuran GeForce RTX 50 Super
Data Survei KPAI menunjukkan lebih dari 41% pelajar pernah mengalami bullying, baik verbal maupun fisik, yang kerap memicu tindakan impulsif atau balas dendam.
Konteks ini membuat investigasi kasus SMAN 72 semakin kompleks, karena dugaan motif pelaku tidak hanya terkait game online, tapi kemungkinan juga faktor sosial dan psikologis.
DPR Singgung Pengaruh Medsos pada Psikologis Pelajar
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyebut terduga pelaku diduga mendapat pengaruh dari konten media sosial.
Dasco mengingatkan agar sekolah meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan gawai di lingkungan pendidikan.
Ia menambahkan bahwa pelajar kerap mengakses konten ekstrem tanpa penyaringan, sehingga memicu imitasi perilaku yang berbahaya.
Fenomena ini sejalan dengan laporan UNICEF yang menyebut 62% remaja Indonesia terpapar konten kekerasan digital sebelum usia 16 tahun.
Polisi Kantongi Identitas Terduga Pelaku, Penggeledahan Sudah Dilakukan