Sebelum dimakamkan, jenazah PB XIII akan disemayamkan di Masjid Pujosono, kompleks Keraton Surakarta, mulai Senin (3/11/2025) pagi.
Masjid yang menjadi bagian penting dari sejarah keraton itu dibuka untuk umum agar masyarakat bisa memberikan penghormatan terakhir kepada sang raja.
“Akan kita buka di Masjid Pujosono mulai besok pagi. Karena ini kan jam 06.00 WIB baru kita masukkan ke peti. Sekarang ini lagi disucikan,” ujar Gusti Moeng.
Penyemayaman di Masjid Pujosono menjadi rangkaian penting dalam tradisi pemakaman raja-raja Kasunanan Surakarta.
Baca Juga: Hati-Hati! Ada 5 Titik Rekonstruksi di Tol Jakarta-Cikampek, Pengemudi Diminta Waspada
Setelah disemayamkan, jenazah PB XIII akan diberangkatkan dengan kereta menuju Loji Gandrung, lalu dilanjutkan perjalanan ke Imogiri, tempat peristirahatan terakhir para raja Mataram.
Tradisi dan Simbol Penghormatan Raja Jawa
Pemakaman raja Jawa bukan sekadar prosesi religius, tetapi juga simbol penghormatan terhadap leluhur dan keluhuran budaya.
Setiap detail memiliki makna filosofis, dari pemilihan waktu, iring-iringan kereta, hingga benda pusaka yang menyertai perjalanan terakhir raja.
Menurut pengamat budaya Jawa, upacara adat seperti ini menunjukkan bagaimana masyarakat masih menjaga nilai-nilai “unggah-ungguh” (tata krama) dan “andhap asor” (rendah hati) yang menjadi ciri khas budaya keraton.
Tradisi ini sekaligus menjadi momentum refleksi tentang pentingnya menjaga warisan budaya di tengah modernitas.
Beberapa warga Solo menyebut prosesi ini sebagai bentuk penghormatan terakhir yang layak bagi sosok PB XIII.
“Beliau itu raja yang tenang, sabar, dan sangat menjaga adat. Kami ingin memberikan penghormatan terakhir,” ujar Sutrisno, warga Baluwarti yang datang ke keraton.
Jejak Kepemimpinan PB XIII: Menyatukan dan Melestarikan