Kenaikan TMA hingga lebih dari 140 cm memperlihatkan betapa sensitifnya sistem aliran air dari hulu ke hilir di kawasan Jabodetabek.
Katulampa berfungsi seperti “termometer banjir” bagi Jakarta, indikator sederhana namun vital.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, banjir besar di Ibu Kota hampir selalu diawali dengan status siaga tinggi di Bendung Katulampa.
Artinya, sinyal ini tidak bisa diabaikan, terutama bagi warga di sekitar bantaran sungai yang kerap menjadi korban pertama ketika air kiriman tiba tengah malam.
Ke depan, peningkatan kolaborasi antara BMKG, BPBD, dan pemerintah daerah menjadi mutlak.
Sistem peringatan berbasis data real-time dan edukasi warga dapat menekan risiko kerugian yang setiap tahun menghantui Jakarta saat musim hujan datang.
Peningkatan tinggi muka air di Bendung Katulampa hingga status Siaga 3 bukan sekadar catatan teknis, tetapi peringatan nyata bagi Jakarta dan sekitarnya untuk bersiap.
Masyarakat diharapkan terus memantau informasi resmi dan menjaga koordinasi antarwarga.
Bagi kota lain seperti Bandung, kejadian ini menjadi refleksi penting tentang pentingnya kesiapsiagaan dan manajemen drainase.
Waspada sejak dini, karena kesiapan hari ini bisa menjadi penyelamat saat bencana datang tiba-tiba.***