Menurut Mahfud, terdapat perbedaan mencolok antara biaya pembangunan per kilometer di Indonesia dengan di Tiongkok.
“Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar AS. Sementara di China, hitungannya hanya 17–18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat,” ungkap Mahfud.
Ia menambahkan, “Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Itu mark up. Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini.”
Pernyataan itu langsung memicu perhatian publik dan mendorong KPK untuk menindaklanjuti.
Dua hari kemudian, tepatnya 16 Oktober 2025, KPK mengimbau Mahfud untuk melaporkan secara resmi dugaan tersebut agar dapat diproses sesuai prosedur hukum.
Respons Cepat KPK dan Sikap Mahfud MD
Respons cepat KPK mendapat sambutan dari Mahfud MD. Ia menyatakan siap dipanggil dan memberikan keterangan langsung kepada penyidik KPK terkait dugaan korupsi proyek Whoosh.
“Saya siap memberikan keterangan apa pun yang dibutuhkan KPK,” kata Mahfud dalam pernyataannya pada 26 Oktober 2025.
Sehari berselang, Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu mengonfirmasi bahwa perkara tersebut sudah resmi naik ke tahap penyelidikan.
Langkah ini menandai keseriusan KPK dalam menelusuri aliran dana dan dugaan penyimpangan dalam mega proyek yang telah menghabiskan dana triliunan rupiah tersebut.
Publik Soroti Transparansi dan Akuntabilitas Proyek Whoosh
Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (KCJB) yang diresmikan pada 2023 sempat disebut sebagai simbol kemajuan transportasi modern Indonesia.
Baca Juga: Beli Rumah Subsidi Bisa Dicabut? Ini Aturan Renovasi yang Wajib Kamu Tahu Biar Nggak Rugi
Namun, sejak awal, proyek ini memang tak lepas dari sorotan publik terkait pembengkakan biaya, keterlambatan jadwal, dan transparansi penggunaan dana.