Budi Arie juga mengaku bahwa pertemuan dengan Jokowi kali ini terasa istimewa.
“Iya, setelah reshuffle, baru sekarang saya bertemu Pak Jokowi. Rasanya campur aduk, antara nostalgia dan semangat baru,” ucapnya dengan senyum.
Ungkapan itu memperlihatkan hubungan personal antara keduanya yang tetap hangat meski Budi Arie kini tidak lagi berada di kabinet.
Dalam konteks politik Indonesia, momen semacam ini sering dimaknai sebagai komunikasi simbolik untuk menunjukkan kesinambungan antara relawan dan tokoh yang mereka dukung.
Solo kembali menjadi pusat perhatian politik nasional.
Baca Juga: KPK Buka Suara soal Status Tersangka Lisa Mariana, Benarkah Bisa Ganggu Kasus Korupsi Bank BJB?
Selain sebagai kota asal Jokowi, Solo kerap menjadi tempat penting untuk pertemuan strategis politik tingkat nasional.
Langkah Budi Arie mendatangi Jokowi di kota ini memperkuat persepsi bahwa Solo kini bukan sekadar kota simbolik, tetapi juga barometer politik pasca-era Jokowi.
Dengan kongres yang akan digelar dalam hitungan hari, publik menanti apakah kehadiran Jokowi, Prabowo, dan Gibran akan membawa arah baru bagi Projo, dari sekadar relawan menuju kekuatan politik yang lebih mapan.
Pertemuan Budi Arie dan Jokowi di Solo bukan sekadar silaturahmi.
Ia adalah bagian dari dinamika politik yang terus bergerak menjelang Pilkada dan pemetaan kekuatan pasca-transisi pemerintahan.
Apakah kongres Projo akan menjadi titik awal lahirnya partai baru atau sekadar konsolidasi relawan—jawabannya akan terungkap dalam beberapa hari ke depan di Jakarta.***