Menteri Sosial Saifullah Yusuf meninjau langsung para korban luka di RSUP Notopuro Sidoarjo. Ia memastikan pemerintah hadir dalam setiap tahapan pemulihan.
“Untuk rehabilitasi sosial, pemerintah akan mendampingi dan memenuhi kebutuhan pokok korban serta keluarganya. Sementara untuk rehabilitasi medis, diberikan bagi yang masih menjalani perawatan,” ujar Saifullah.
Ia menambahkan, pemulihan trauma menjadi prioritas utama agar santri dan keluarga korban bisa kembali beraktivitas dengan tenang.
Pemerintah juga menyiapkan jaminan kesehatan, bantuan pendidikan, dan pendampingan ekonomi, khususnya bagi keluarga korban yang kehilangan tulang punggung keluarga atau anak yang mengalami luka berat hingga amputasi.
Duka dan Doa Mengiringi Korban
Suasana haru masih menyelimuti RS Bhayangkara dan Ponpes Al Khoziny. Di ruang identifikasi, beberapa keluarga korban masih menunggu kabar kepastian identitas anggota keluarga mereka.
“Yang penting kami bisa segera membawa pulang jenazah untuk dimakamkan,” ujar Rohman, salah satu kerabat korban, dengan suara lirih.
Sementara itu, masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya terus mengirimkan dukungan moral, bantuan logistik, dan doa melalui posko bantuan yang dibuka oleh relawan dan pemerintah daerah.
Di media sosial, tagar #DoaUntukAlKhoziny menjadi trending, mencerminkan rasa duka dan solidaritas publik terhadap tragedi ini.
Evaluasi Menyeluruh dan Tanggung Jawab Moral
Kasus ambruknya Ponpes Al Khoziny menjadi refleksi penting soal minimnya pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur pendidikan berbasis keagamaan, terutama di daerah.
Pakar kebencanaan dari ITB, Ir. M. Ridwan, menilai perlu ada standar teknis wajib untuk semua bangunan pendidikan, baik negeri maupun swasta.
“Banyak pesantren dibangun swadaya tanpa perhitungan teknis memadai. Pemerintah daerah dan PUPR harus proaktif dalam pembinaan dan pengawasan,” ujarnya.