HUKAMANEWS – Kesehatan mental menjadi kebutuhan penting. Untuk itu dengan mengandalkan teknologi deep learning untuk menganalisis data wajah dan suara dari penggunanya, Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Airlangga atau UNAIR Surabaya berinovasi menciptakan Intelligence Doll (Boneka Pintar).
Tim yang terdiri dari Muhammad Nur Aufa Habibi, Arya Maulana Al Hakim, Afdal Lunasri, Edbert Fernando, dan Aqila Fayyaza Nur Husna dan diketuai Muhammad Nur Aufa Habibi.
“Hasil analisis tersebut akan menghasilkan output berupa suara sebagai respons percakapan dengan pengguna. Selain itu, hasil percakapan akan menghasilkan klasifikasi level depresi seperti ringan, sedang, atau berat. Dari hasil klasifikasi tersebut, boneka akan merespons sesuai level depresi,” ungkap Aufa, Sabtu, 12 Juli 2025.
Baca Juga: Civil Society Harusnya Apresiasi Penetapan Riza Chalid Sebagai Tersangka, Jangan Pasif
Aufa mengatakan selama ini kebanyakan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan mental masih berupa respons interaktif menggunakan aplikasi. Sehingga tim mahasiswa UNAIR mencoba membuat hal baru dengan menghadirkan wujud boneka.
“Kalau bentuknya boneka, pengguna akan terasa ada wujud yang bisa untuk meluapkan keluh kesahnya. Sebab berdasarkan literatur, boneka dapat menghasilkan rasa nyaman pada pemiliknya,” jelasnya.
Ia juga menyebut berdasarkan penelitian terakhir, boneka pintar masih digunakan untuk pasien demensia pada orang lansia. Oleh karena itu, pada kesempatan ini mereka berinovasi untuk menggunakan boneka pintar tetapi berfokus untuk digunakan pada orang yang mengalami gangguan mental depresi.
Baca Juga: Kaca KRL Baru Dilempar Batu! Pelaku Ditangkap, Terancam 15 Tahun Penjara Gara-Gara Ulah Nekat Ini
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR itu mengungkapkan tantangan mereka setelah lolos pendanaan adalah soal peningkatan akurasi deteksi dari Intelligence Doll. Untuk itu mereka berencana mengambil lebih banyak sampel data berupa ekspresi dan suara dari orang-orang yang sudah terdiagnosis depresi oleh ahli.
Dengan begitu, diharapkan akurasi Intelligence Doll semakin baik. Aufa menyatakan mereka sangat senang telah berhasil lolos tahap pendanaan PKM-KC itu.
“Bahkan kami tidak menyangka bisa lolos. Sebab melihat tim kami yang belum memiliki pengalaman PKM sebelumnya,” jelasnya.
Mereka berharap prototype Intelligence Doll itu bisa dikomersialkan sehingga dapat membantu mengurangi gangguan mental terutama depresi pada kalangan Generasi Z.