Fenomena Brain Rot Mengacaukan Dunia Gen Z

photo author
- Kamis, 22 Mei 2025 | 20:59 WIB
Australia larang anak di bawah 16 tahun main medsos, TikTok & Meta protes keras. Kebijakan kontroversial ini picu perdebatan! (Freepik- pikisuperstar / HukamaNews.com)
Australia larang anak di bawah 16 tahun main medsos, TikTok & Meta protes keras. Kebijakan kontroversial ini picu perdebatan! (Freepik- pikisuperstar / HukamaNews.com)

HUKAMANEWS - Fenomenabrain rot”, di mana anak muda kehilangan ketajaman berpikir dan lebih mudah terjebak menjadi objek politik,kini mulai menjalar.Pakar Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar menyebut dominasi konten video pendek di media sosial telah menggerus kemampuan literasi politik generasi Z. 

Hal ini disampaikan dalam seminar nasional yang diselenggarakan Program Studi Pemikiran Politik Islam UIN Surakarta, Kamis, 22 Mei 2025, di Aula Fakultas Adab dan Bahasa, bertajuk "Seminar Nasional Ekspresi Politik Gen-Z".

“Keluhan saya sebagai dosen, anak muda bacanya jadi rendah dan menjadi penikmat video pendek saja. Penikmat 7-8 detik, membuat anak muda tergeser jadi penyimpul atau komentator saja. Ini digambarkan oleh Matinya Kepakaran,” ujar Zainal.

Baca Juga: Nama Besar Terseret Kasus, Bank bjb Akhirnya Buka Suara Soal Kredit Jumbo ke Sritex, Ini Fakta di Baliknya

Zainal menyebut platform seperti TikTok telah menjadi sarana pembelajaran informal, tapi tidak disertai dengan dorongan untuk memperdalam pemahaman.

Menurutnya, alih-alih mendidik secara utuh, video pendek justru menciptakan ilusi pemahaman instan yang dangkal.

Menurutnya, alih-alih mendidik secara utuh, video pendek justru menciptakan ilusi pemahaman instan yang dangkal.

Baca Juga: Setelah Terbukti Asli, Polda Metro Jaya Akan Segera Umumkan Kelanjutan Roy cs.

“Media sosial sudah banyak merecoki, yang paling rendah keintelektualannya adalah TikTok. Tanpa sadar itu jadi media pembelajaran di saat yang sama,” ujarnya.

Ia mengkritisi bagaimana informasi politik di media sosial lebih banyak menampilkan citra daripada substansi. Gen Z, kata dia, harus lebih sadar bahwa konten politik yang dikonsumsi kerap merupakan hasil proses komunikasi yang telah direkayasa oleh industri pemolesan citra.

“Demokrasi bekerja dengan cara orang yang lesser evil-nya rendah. Karena itu industri pemolesan, media, campaigner, itu laris besar,” ungkapnya.

Baca Juga: Nafsu Netanyahu Kuasai Jalur Gaza Secara Penuh dan Tolak Segala Bentuk Kesepakatan untuk Akhiri Perang

Menurut Zainal, kondisi ini berbahaya karena membuat generasi muda lebih rentan dimanipulasi dan tidak mampu melihat proses politik secara utuh. Ia mencontohkan kasus figur politik yang dipoles sedemikian rupa tanpa diketahui proses politik di baliknya.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X