Pendekatan ini dinilai seimbang dan cukup berani, mengingat rumitnya dinamika geopolitik di Asia Timur.
Di sektor ekonomi, Lee menyiapkan sejumlah kebijakan deregulasi demi mendukung usaha kecil dan menengah.
Isu biaya hidup yang melonjak juga masuk dalam prioritasnya, dengan fokus pada penguatan daya beli masyarakat dan ketahanan ekonomi nasional.
Pasar menyambut baik arah kebijakan ini, terlihat dari stabilnya pergerakan indeks saham dan sentimen investor yang membaik.
Meski demikian, Lee juga harus menghadapi isu lama yang belum sepenuhnya reda.
Beberapa kasus hukum terkait korupsi dan skandal properti masih membayangi, meskipun ia membantah semua tuduhan tersebut.
Alih-alih terjebak dalam polemik, Lee memilih fokus pada reformasi birokrasi dan penyelidikan atas kebijakan kontroversial di era sebelumnya.
Dengan dukungan mayoritas di parlemen hingga 2028, ia memiliki kesempatan besar untuk menjalankan program-program progresifnya.
Namun keberhasilan pemerintahannya tetap bergantung pada kemampuannya membangun konsensus nasional dan meredam konflik antar-kubu politik.
Baca Juga: Tahun 2025 Ini Belum Juga Terlihat Indikasi Penurunan Suhu Bumi
Kemenangan Lee bukan sekadar perubahan kepemimpinan, melainkan titik balik bagi demokrasi Korea Selatan.
Rakyat menaruh harapan besar bahwa kepemimpinan Lee mampu membawa negeri ginseng keluar dari bayang-bayang krisis dan menuju masa depan yang lebih menjanjikan.
Kini, semua mata tertuju pada bagaimana ia menavigasi tantangan besar yang menantinya dalam lima tahun ke depan.
Dengan langkah awal yang penuh optimisme, Lee Jae-myung punya peluang untuk menorehkan sejarah baru sebagai pemimpin yang membawa perubahan nyata.***