HUKAMANEWS - Universitas Harvard, di tengah pertempuran sengit dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tetap terlihat tegar dengan menggelar upacara wisuda pada hari Kamis untuk lulusan Kelas 2025. Pidato Presiden Iniversitas, Alan Garber menyebut anggota Kelas 2025, tetap merasa nyaman dengan ketidaknyamanan.
Disambut tepuk tangan meriah, Universitas Harvard telah menjadi garis depan perlawanan terhadap tuntutan administrasi yang menargetkan program Keanekaragaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI), penerimaan mahasiswa internasional, dan tuntutan pro-Palestina.
"Kita perlu tetap teguh dalam komitmen kita terhadap apa yang kita perjuangkan. Dan yang kita perjuangkan, saya yakin saya berbicara atas nama universitas lain, adalah pendidikan, pengejaran kebenaran, membantu mendidik orang untuk masa depan yang lebih baik." ujar Garber
Ia juga mengatakan bahwa pemutusan kontrak akan merugikan kepentingan nasional AS.
"Memotong dana penelitian, tentu itu merugikan Harvard, tetapi juga merugikan negara. Dana penelitian bukanlah hadiah, itu adalah pekerjaan yang ingin mereka lakukan," imbuh dia.
Peneliti hak asasi manusia Yaqiu Wang menyampaikan kekhawatiran serupa atas pembatasan yang luas.Tindakan seperti itu dapat membahayakan hak dan mata pencaharian mahasiswa China dan melemahkan posisi AS sebagai pemimpin global dalam inovasi ilmiah.
Sementara itu, pemerintah China menyampaikan respons marah atas janji pemerintah Trump untuk mencabut visa para mahasiswa China secara agresif. Menurut Beijing, kebijakan keras terhadap mahasiswa internasional itu sebagai tindakan "politis dan diskriminatif".
Pemerintahan Trump pada hari Rabu mengatakan akan secara agresif mencabut visa bagi para mahasiswa China. Padahal ini menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi universitas-universitas Amerika.***