Ancaman hukuman yang diterapkan cukup berat, yaitu maksimal 12 tahun penjara dan/atau denda sebesar Rp 500 juta.
Dalam penangkapannya, Jonathan Frizzy disebut tengah dalam kondisi tidak sehat pasca menjalani operasi ambeien.
Namun hal tersebut tidak menghalangi proses hukum yang tetap berjalan.
Pihak kepolisian juga menyebutkan bahwa barang bukti yang diamankan termasuk cairan vape yang mengandung etomidate, menandakan bahwa zat ini diduga telah disebarluaskan melalui bentuk yang mudah dikonsumsi.
Baca Juga: Bukan Sekadar Konsumen, Polisi Ungkap Peran Ijonk di Balik Vape Etomidate Ilegal
Vape yang seharusnya menjadi alat alternatif bagi perokok, dalam kasus ini justru dimodifikasi untuk menyimpan zat berbahaya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa modus penyebaran obat-obatan keras terus berkembang, bahkan memanfaatkan teknologi populer di kalangan anak muda.
Kepolisian menegaskan pentingnya pengawasan terhadap produk-produk konsumsi yang beredar bebas, termasuk cairan vape yang sering kali dijual tanpa pengawasan ketat.
Kasus Jonathan Frizzy menambah daftar panjang selebriti yang terjerat hukum akibat penyalahgunaan zat terlarang, meski dalam kategori yang berbeda.
Namun yang menarik, kasus ini membuka mata publik tentang ancaman obat keras seperti etomidate yang selama ini jarang terdengar.
Kandungan zat tersebut mungkin belum diklasifikasikan sebagai narkotika di Indonesia, tetapi efek yang ditimbulkan tak kalah berbahaya.
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa tidak semua obat yang beredar di pasaran aman digunakan tanpa resep dokter.
Etomidate adalah contoh nyata bagaimana celah regulasi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang membahayakan kesehatan publik.
Kini, proses hukum terhadap Jonathan Frizzy masih berlangsung, dan publik menunggu bagaimana kelanjutan kasus ini.