HUKAMANEWS - Selama enam tahun terakhir, demonstrasi menjadi pemandangan yang cukup akrab di berbagai kota besar Indonesia.
Mulai dari penolakan RUU KUHP hingga protes terhadap potensi dwifungsi TNI, suara masyarakat terus menggema di jalanan.
Namun, di balik derasnya tuntutan dan spanduk protes, ada fakta menarik yang kini disorot publik, anggaran besar yang digunakan Polri untuk menangani aksi massa.
Indonesia Corruption Watch (ICW) baru-baru ini mengungkap bahwa dari tahun 2019 hingga awal 2025, Kepolisian Republik Indonesia menggelontorkan dana sebesar Rp3,8 triliun hanya untuk membeli perlengkapan penanganan aksi demonstrasi.
Angka ini tentu tidak kecil, dan menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah anggaran sebesar itu proporsional untuk merespons aksi warga yang pada dasarnya menyuarakan aspirasi mereka?
Menurut data ICW, pembelanjaan tersebut mencakup berbagai kategori alat pengamanan.
Mulai dari peralatan anti huru-hara hingga perlengkapan teknis lainnya yang digunakan di lapangan.
Sayangnya, fokus terhadap peralatan ini dinilai ICW justru mengaburkan esensi dari aksi itu sendiri, yaitu dialog dan penyampaian aspirasi secara damai.
Dalam catatan ICW, sikap aparat dalam merespons unjuk rasa justru condong represif dibanding persuasif.
Baca Juga: Efek Tarif Impor AS Bikin Panas! Ekspor Anjlok, PHK Masal Makin Jadi di Pabrik-Pabrik Indonesia
Beberapa contoh aksi besar yang terjadi sepanjang periode ini meliputi penolakan RUU KUHP dan revisi UU KPK pada 2019, gelombang penolakan terhadap Omnibus Law dan revisi UU Minerba pada 2020, serta demonstrasi menentang perpanjangan masa jabatan presiden di tahun 2022.
Tahun 2024 pun tidak sepi dari aksi, di antaranya penolakan terhadap revisi UU Pilkada.
Dan meskipun tahun 2025 baru berjalan tiga bulan, gelombang aksi bertajuk *Indonesia Gelap* telah muncul di berbagai daerah.
Demonstrasi tersebut membawa sejumlah tuntutan penting, seperti pendidikan gratis, penolakan pemangkasan anggaran pendidikan, serta desakan agar pemerintah mencabut proyek strategis nasional yang bermasalah.