nasional

Ketimbang Sayur Konvensional, Petani Ngablak Magelang Pilih Budidayakan Tanaman Beet

Kamis, 10 April 2025 | 18:39 WIB
Budidaya tanaman beet root yang dilakukan petani di wilayah Ngablak Magelang, Rabu (9/4) (Elizabeth Widowati )

“Tanaman semacam sayuran daun itu usia panennya pendek. Jadi perputarannya lumayan cepat dibanding misalkan cabai atau kubis. Perbandingannya menanam kubis satu kali, sayuran daun ini sudah bisa panen dua sampai tiga kali,” imbuhnya.

Baca Juga: Pasar Smartphone Global Diprediksi Capai USD 843 Miliar di 2030, Asia Jadi Motor Utama Pertumbuhan

Setiap hari rata-rata Kelompok Tani Mutiara Organik mengirim 200 kilogram sayuran ke perusahaan penyuplai supermarket. Pengiriman tidak dilakukan dalam jumlah besar untuk menjaga kesegaran sayuran setiap hari.

“Kami mengirim sesuai kebutuhan harian di supermarket. Jadi setiap hari kirim. Kami panen pagi, malamnya dikirim. Besoknya kami panen lagi, jadi istilahnya tidak ada kadaluarsa,” ujar Eko.

Pengemasan dan pengiriman buah bit atau jenis sayuran lainnya termasuk sederhana. Cukup dikemas dalam kardus untuk kemudian dikirim menggunakan jasa angkutan bus malam atau travel.

Baca Juga: RedMagic 10 Air Siap Rilis 16 April, Jadi Smartphone Gaming Paling Tipis Saat Ini?

Menjaga kualitas hasil panen menjadi faktor kunci untuk bertahan dalam mata rantai pemasaran produk pertanian premium. Supermarket biasanya menetapkan grade sayuran sesuai kebutuhan pasar.

Standar bobot bit merah misalnya, sekira empat buah untuk setiap kilogram. Bayam Jepang grade A memiliki tinggi tanaman 35-40 centimeter, dengan kondisi daun bersih tanpa bercak hitam atau bekas dimakan serangga.

Meski begitu, kata Eko, sayuran yang tidak lolos standar supermarket masih bisa dijual ke beberapa pasar modern di Semarang.

Baca Juga: Ketika Religiusitas Dijadikan Topeng Kekuasaan; Etika Berbangsa di Persimpangan Jalan

“Kalau spek-nya tidak masuk (supermarket), kita jual ke semacam home industry atau pasar modern. Hasil panen kita serap semua baik yang grade A, B, maupun C,” lanjutnya.

Kelompok Tani Mutiara Organik saat ini menerapkan sistem tani plasma kepada para anggota. Petani anggota wajib menerapkan metode tanam yang seragam, sehingga mendapat hasil panen sesuai standar pasar.

Pengaturan masa tanam pada sistem pertanian plasma menjamin ketersediaan sayuran setiap hari. Petani tidak menanam sayuran dalam waktu bersamaan, sehingga dapat panen bergiliran.

Baca Juga: Bukan AI, Kucing Malah Jadi Senjata Ampuh dalam Iklan, Strategi Catvertising Ini Bikin Konsumen Langsung Jatuh Hati!

Kepala Desa Sumberejo, Subandi menjelaskan, selain dipasarkan ke supermarket, hasil panen bit merah juga dikembangkan menjadi produk olahan minuman.

Halaman:

Tags

Terkini