Jika syarat ini terpenuhi berdasarkan hisab dan rukyat, maka tanggal 1 Syawal ditetapkan keesokan harinya. Jika tidak, maka Ramadan digenapkan 30 hari.
4. Sidang Isbat oleh Pemerintah
Setelah hisab dan rukyat dilakukan, Kementerian Agama menggelar Sidang Isbat yang dihadiri oleh:
- Perwakilan ormas Islam (NU, Muhammadiyah, Persis, dll.)
- Para ahli falak
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
- Perwakilan dari negara sahabat
Dalam sidang ini, hasil rukyat dibandingkan dengan data hisab. Jika hilal terlihat atau memenuhi kriteria, maka diumumkan bahwa keesokan harinya adalah 1 Syawal.
Baca Juga: TOP 10 Rekomendasi Smartphone Terbaik untuk Lebaran 2025, Performa Gahar dan Desain Elegan
5. Perbedaan dengan Ormas Islam
Di Indonesia, perbedaan dalam penentuan 1 Syawal sering terjadi karena adanya perbedaan metode dan kriteria:
- Muhammadiyah menggunakan hisab wujudul hilal, yang menetapkan awal bulan jika hilal sudah berada di atas ufuk, tanpa mempertimbangkan ketinggian minimal.
- Nahdlatul Ulama (NU)dan pemerintah menggunakan rukyat bil fi'li (pengamatan langsung) dan kriteria Imkanur Rukyat MABIMS.
Perbedaan ini kadang menyebabkan perayaan Idul Fitri berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah.
Penentuan 1 Syawal di Indonesia dilakukan dengan metode kombinasi hisab dan rukyat serta melalui Sidang Isbat yang diadakan oleh Kementerian Agama RI. Sejak 2022, Indonesia mengikuti kriteria MABIMS (3 derajat & 6,4 derajat)untuk menentukan visibilitas hilal.
Jika hilal memenuhi syarat, maka Idul Fitri ditetapkan keesokan harinya. Jika tidak, Ramadan digenapkan 30 hari.
Jadi begitu ya, semoga tidak penasaran lagi.***