HUKAMANEWS – Menu takjil berseliweran dijajakan para pedagang kaki lima di kota Semarang. Tertarik dengan yang dijajakan, Lely, warga Tanggul Mas, Semarang Utara pun membeli jajanan es teler di kawasan jalan Hasanudin.
"Saya beli pertama tuh aman. Lha baru kedua ini, hari minggu malam beli, besoknya sudah mulai terasa tidak enak tenggorokan. Selasa ijin tidak masuk kerja, lha tadi pagi kok badan linu semua," cerita Lely, Kamis 13 Maret 2025.
Akibat tak tahan dengan rasa sakit, Lely pun memeriksakan diri ke dokter langganan, selanjutnya diberi obat antibiotik, radang dan demam.
"Lumayan berkurang, radang mulai hilang. Waktu dokter memeriksa bagian tenggorokan langsung bilang, ini luka tersayatnya khas kimia bukan alergi cuaca. Ini kimia yang bikin sakit, mbak. Dokternya bilang seperti itu," tambah Lely.
Selama 11 hari Ramadan, diakui Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan BBPOM Semarang masih menemukan adanya makanan takjil mengandung bahan kimia. Ini ditemukan di delapan lokasi, yang sasaran dari BBPOM di Semarang.
Kepala BBPOM di Semarang Lintang Purba Jaya mengatakan kegiatan pemeriksaan makanan takjil yang diduga mengandung bahan kimia, dimulai pada 24 Februari hingga 26 Maret 2025. Hal itu dikatakan saat ditemui di sela kegiatan pemeriksaan makanan takjil di Alun-alun Kauman Semarang, Selasa (11/3).
Lintang menjelaskan, dari hasil pemeriksaan uji cepat terhadap makanan takjil ditemukan kandungan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan.
Mulai dari Formalin, Borax, Rhodamin B dan Methanil Yellow.
“Hari ini di Alun-alun Kauman Semarang kita temukan Borax, di bahan makanan jenis kerupuk gendar. Sudah kita perintahkan kepada pedagangnya untuk tidak lagi dijual ke pembeli,” kata Lintang.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam yang ikut pemeriksaan makanan takjil menambahkan, makanan yang dicampur dengan bahan kimia Borax berbahaya jika dikonsumsi manusia. Sebab, bahan kimia Borax merupakan zat kimia apabila dikonsumsi manusia bisa merusak jaringan tubuh.
“Borax itu kan sifatnya mengenyalkan suatu bahan. Jika masuk ke tubuh manusia maka bisa menyebabkan kanker,” ucap Hakam.