Selain itu, ada Agus Purwono (AP), VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional, Muhammad Kerry Andrianto Riza (MKAR), pemilik manfaat PT Navigator Khatulistiwa, Dimas Werhaspati (DW), Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim, serta Gading Ramadhan Joedo (GRJ), Komisaris PT Jenggala Maritim dan Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak.
Trik Licik: Manipulasi Harga dan Mark Up Biaya Pengiriman
Modus yang digunakan para tersangka tak hanya sebatas impor minyak mentah dengan harga mahal.
Penyidik menemukan adanya praktik mark up kontrak pengiriman minyak yang dilakukan oleh YF.
Baca Juga: Jangan Salah, Warga Pelosok Desa Menjadi Pembeli Terbesar BBM Pertamax
Negara harus menanggung biaya tambahan ilegal sebesar 13–15 persen dari transaksi ini.
Tak hanya itu, tersangka RS juga terbukti membayar BBM RON 92, padahal yang dibeli sebenarnya adalah BBM RON 90 atau lebih rendah.
BBM tersebut kemudian diolah di storage agar memenuhi standar RON 92, yang jelas melanggar aturan.
Akibat praktik ini, harga indeks pasar (HIP) BBM yang digunakan sebagai acuan subsidi dan kompensasi di APBN mengalami kenaikan signifikan.
Ini berarti, bukan hanya uang negara yang dirampok, tetapi rakyat pun menjadi korban dengan harga BBM yang lebih tinggi dari seharusnya.
Penyidikan Berlanjut: Jejak Korupsi Sejak 2018
Kejagung menegaskan bahwa penyelidikan masih terus berlanjut.
Penyidik akan menelusuri apakah praktik serupa juga terjadi sebelum 2023, mengingat skema ini diduga sudah berjalan sejak 2018.
Dengan nilai kerugian yang begitu besar, skandal ini bisa menjadi salah satu kasus korupsi terbesar di sektor energi dalam sejarah Indonesia.