nasional

Kholid Sosok Nelayan Vokal, Berani Lawan Aguan dan Tak Mau Diperbudak Jadi Penjilat Korporasi, Kini Bak Hero Bagi Para Nelayan

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:29 WIB
Kholid sosok nelayan asal Serang yang berani bela nelayan Tangerang yang tertindas akibat pembangunan PIK (Ist)

Bahkan Kholid mengaku dirinya baru saja sembuh dari kesengsaraan, baru sembuh dari penderitaannya.

"Karena memang saya ini dijajah, merasa dijajah sejak tahun 2004, dimana saat itu terjadi penambangan pasir laut wilayah pesisir Banten, yang materialnya dibawa ke reklamasi Teluk Jakarta dan itu PIK satu," katanya.

"Dari PIK satu ketika itu saya sudah menderita, perang tembakan di laut namun berhenti di tahun 2016 dimana gugatan saat itu menang," katanya.

Menurut Kholid kemenangannya itu pun karena adanya pergantian Gubernur DKI, dimana saat itu Anies Baswedan banyak membela nelayan dan membatalkan reklamasi.

"Saya agak tenang tuh, saya bisa menangkap ikan lagi," katanya.

Saat tampil di acara Karni Ilyas Indonesia Lawyers Club, Kholid pun mengaku banyak diteror usai membela nelayan dan warga yang terdampak dari PIK.

Baca Juga: Saking Mesranya Prabowo Megawati, Kado Spesial Prabowo untuk HUT Megawati ke-78 Tak Hanya Karangan Bunga, Tapi Juga Minyak Urut

"Saya kemarin setelah saya hadir di acara TV ada beberapa penelepon gelap yang bilang, kamu bukan orang Tangerang kamu orang Serang, kamu orang kota, ngapaian ngurusin dapur orang Tangerang," kata Kholid.

Apa yang ia terima teror ini ia ungkap mirip buku yang dibacanya Logika Penjajah.

"Saya sempat baca buku Logika Penjajah karangan Yamidi orangtua di Banten yang sempat bikin buku. Salah satu buku ini persis apa yang saya terima telpon ancaman untuk saya."

"Padahal kalau menurut saya sebagai nelayan tidak boleh punya pandangan parsial. Ciri-ciri parsial sampai tingkatannya kita tidak boleh nolongin tetangga yang kelaparan, atau tetangga yang sedang dijajah," jelas Kholid.

"Begitu juga di laut ketika Tangerang menangis, orang Serang juga harus menangis, ketika Rempang menangis, orang Serang juga harus menangis. Ketika peisir Manado Utara menjerit ya orang Serang juga harus menjerit," sambung Kholid.

Menurutnya, dampak yang sangat berbahaya buat nelayan dan petani ketika melihat kejadian-kejadian pemagaran laut, tanah diuruk.

"Laut di pagar, tanah diuruk dikelola oleh orang-orang yang rangka berpikirnya cacat, cacat lingkaran besar bukan lingkaran kecil kedaulatan negara. Kok takut pada korporasi, nah saya gak mau maka saya melawan daripada saya sebagai petani nelayan saya dikelola korporasi."

"Yakin saya kalau dikelola korporasi-korporasi sampai kiamat anak cucu tetap miskin, karena hanya sebagai objek yang bisanya dikelola," pungkas Kholid.***

Halaman:

Tags

Terkini