Menurut Poengky, ini bukan pertama kalinya patroli polisi menemukan minuman keras di lokasi tawuran.
“Terkait dengan Patroli Polisi, itu memang tugas Kepolisian untuk mencegah kejahatan. Kompolnas justru mendorong patroli dilakukan secara rutin, khususnya di daerah-daerah rawan kejahatan agar kejahatan dapat dicegah dan dapat melindungi serta mengayomi masyarakat,” ucapnya.
Tawuran bukanlah hal baru di Indonesia, terutama di daerah urban seperti Bekasi dan Jakarta.
Namun, seringkali orang tua lengah, mengira anak-anak mereka hanya keluar untuk bersenang-senang atau berkumpul dengan teman.
Baca Juga: Usulan Penyelenggaraan pilkada Ulang Jika Kotak Kosong Menang Dilaksanakan pada September 2025
Kode ‘pesta’ yang digunakan dalam kasus ini adalah contoh betapa liciknya para remaja ini dalam menutupi niat buruk mereka.
Poengky juga memberikan peringatan kepada orang tua agar lebih waspada dan aktif memantau kegiatan anak-anak mereka.
“Orang tua harus memastikan anak-anak mereka aman di rumah pada malam hingga pagi hari, agar tidak menjadi korban kejahatan atau justru terjerumus menjadi pelaku kejahatan,” tegasnya.
Keberadaan orang tua yang tegas dan waspada diharapkan dapat menekan angka tawuran di kalangan remaja.
Baca Juga: TOP 10 Kamera Surfing Terbaik 2024, Menaklukkan Ombak dan Mengabadikan Momen
Pada tanggal 24 September, Kompolnas bersama Polrestro Bekasi Kota melakukan supervisi dan gelar perkara terkait kasus penemuan tujuh jenazah tersebut.
Dari hasil investigasi, diketahui bahwa para korban adalah bagian dari kelompok tawuran yang berencana bentrok pada malam itu.
Diperkirakan, sekitar 50 orang sudah berkumpul di lokasi kejadian.
Sayangnya, dari aksi tersebut tujuh nyawa melayang, menjadi bukti nyata bahwa tawuran tidak pernah berakhir dengan kemenangan.
Baca Juga: TOP 10 Kamera Surfing Terbaik 2024, Menaklukkan Ombak dan Mengabadikan Momen