Sudah pasti, publik kini mempertanyakan di mana letak moral dan kesadaran anak muda ini yang begitu tega melakukan tindakan brutal.
Untuk memahami betapa berbahayanya aksi ini, kita harus melihat seberapa parah dampak air keras.
Cairan kimia ini, yang dalam insiden tersebut adalah HCL, tidak hanya merusak kulit, tapi juga bisa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan tubuh, termasuk mata dan organ dalam jika sampai terkena secara langsung.
Baca Juga: Krisis Iklim dan Delapan Hak Asasi Manusia yang Terancam
Dua anggota polisi yang menjadi korban penyiraman air keras ini harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Belum jelas apakah mereka akan pulih sepenuhnya, namun trauma fisik dan psikologis yang mereka alami tentu tidak bisa diabaikan begitu saja.
Bayangkan saja, sebagai aparat yang bertugas menjaga ketertiban, mereka harus menghadapi risiko yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya—diserang dengan air keras saat menjalankan tugas.
Baca Juga: Full Review Smartphone Canggih Realme C53 dengan Harga Terjangkau, iPhone 15 Pro Max Versi Android!
Ini adalah bukti nyata bahwa tugas polisi di lapangan, terutama dalam menangani tawuran, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Keberanian mereka diuji di tengah ancaman bahaya yang nyata.
Polisi tidak hanya menetapkan tersangka, tetapi juga berhasil menyita sejumlah barang bukti yang memperkuat dakwaan.
Barang bukti ini termasuk dua baju seragam dinas Polri yang terkena air keras, satu jeriken berisi cairan HCL, satu gayung, satu jaket hoodie warna hitam, dan satu celana panjang biru.
Semua barang bukti tersebut menjadi kunci penting dalam proses hukum yang sedang berjalan.
Mungkin bagi banyak orang, barang bukti seperti gayung dan jaket hanyalah benda biasa, tetapi dalam kasus ini, mereka menjadi alat yang digunakan untuk menyakiti orang lain.