Apabila massa demonstran meningkat dan berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas, penutupan jalan bisa saja dilakukan.
"Namun, jika jumlah massa tidak signifikan, lalu lintas akan berjalan normal seperti biasanya," tambah Ade Ary.
Bagi masyarakat pengguna jalan, disarankan untuk menghindari kawasan-kawasan yang sedang menjadi titik aksi dan mencari rute alternatif.
"Kami meminta pengertian dan kerjasama dari masyarakat untuk menghindari area yang sedang ramai agar tidak terjebak dalam kepadatan lalu lintas," imbuh Ade Ary.
Aksi demonstrasi adalah salah satu bentuk ekspresi demokrasi yang dijamin oleh konstitusi.
Banyak elemen masyarakat dan mahasiswa yang memilih turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka, entah itu terkait dengan isu politik, sosial, atau ekonomi.
Baca Juga: Anies Baswedan di Ujung Tanduk, Peluang Maju Pilkada Jakarta 2024 Tipis, PDIP Masih Enggan Dukung?
Di era informasi seperti sekarang, demonstrasi menjadi cara efektif untuk menarik perhatian publik dan pihak berwenang terhadap isu-isu yang dianggap penting.
Namun, dengan jumlah personel pengamanan yang sangat besar, tampak jelas bahwa keamanan dan ketertiban adalah prioritas utama.
Pengamanan yang ketat diharapkan dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, serta memastikan bahwa hak masyarakat untuk menyampaikan pendapat tetap terlindungi tanpa menimbulkan gangguan berarti bagi publik.
Dalam setiap aksi unjuk rasa, tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara hak berdemonstrasi dan keamanan publik.
Penggunaan personel dalam jumlah besar mencerminkan betapa pentingnya menjaga ketertiban dan memastikan tidak ada pihak yang dirugikan.
Meski demikian, ini juga menunjukkan kesiapan pihak berwenang dalam menghadapi situasi yang mungkin saja menjadi kompleks.