HUKAMANEWS - Indonesia, khususnya pulau Bali, akan segera menjadi pusat perhatian dunia dengan terpilih sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung pada 18 hingga 25 Mei 2024.
Perhelatan ini tidak hanya penting dalam diskusi global mengenai keberlanjutan sumber daya air, tetapi juga menjadi ajang unjuk keragaman budaya Indonesia.
Salah satu highlight yang paling ditunggu-tunggu adalah pembukaan acara yang akan dimulai dengan prosesi Melukat, sebuah ritual pembersihan air khas Bali yang sarat akan nilai spiritual dan budaya.
Sejak pandemi COVID-19, forum ini menjadi salah satu konferensi internasional pertama yang diadakan di Bali, dan pilihan ini bukan tanpa alasan.
Bali dengan segala eksotismenya dipilih tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya yang dapat menjadi latar yang menarik bagi para delegasi internasional.
Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengemukakan bahwa pemerintah Indonesia, khususnya Kemenparekraf, memberikan dukungan penuh untuk menyelenggarakan acara ini dengan spektakuler, termasuk dalam memfasilitasi pengalaman cultural yang mendalam seperti Melukat.
Kegiatan Melukat diharapkan akan memberikan kesan mendalam bagi para peserta, sekaligus mengedukasi mereka tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan dan penghormatan terhadap tradisi lokal.
"Ini adalah kesempatan untuk memperlihatkan bagaimana Bali dan Indonesia menghargai air sebagai sumber kehidupan yang suci," tutur Sandiaga dalam sebuah wawancara.
Selain ritual Melukat, forum ini juga akan menampilkan berbagai acara lain yang mengangkat tema keberlanjutan.
Endra S.Atmawidjaja, Wakil Ketua Sekretariat Panitia Penyelenggara Nasional, menjelaskan bahwa akan ada 230 sesi forum tematik, 55 side events, dan 10 special sessions yang semua akan berlangsung di sepanjang minggu tersebut.
“Kami juga mengundang kepala-kepala negara serta pemimpin dari lembaga-lembaga internasional untuk berdiskusi tentang berbagai isu penting terkait dengan sumber daya air,” imbuhnya.
Acara tersebut tidak hanya berfokus pada pembahasan isu-isu serius saja, tetapi juga dipadukan dengan kegiatan yang menampilkan kekayaan budaya lokal.