HUKAMANEWS.COM - Sampai detik ini belum ada penelitian tentang efek dari penyebaran nyamuk Wolbachia.
"Sampai detik ini kita belum tahu bagaimana efek jangka panjang dari Wolbachia terhadap eksisnya nyamuk Culex," ujar Siti Fadilah Supari.
Dikutip dari akun Tiktok @Siti Fadilah Supari, pada Jumat, (8/12/2023), mantan Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan,
"Anda tahukan nyamuk Culex adalah pembawa dari virus atau radang selaput otak yang sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi 4 tahun lagi atau 5 tahun lagi," ujarnya.
Baca Juga: Leadership ala Gen Z, Pahami cara Komunikasi Fleksibel dan Profesional untuk Mencapai Kesuksesan
Siti Fadilah mencontohkan negara Singapura dimana nyamuk Wolbachia sudah disebar di tahun 2016 kemudian di tahun 2022 melonjak sangat tinggi.
"Sekarang 2023 muncullah kutu busuk, padahal Singapura sangatlah bersih dibanding kita, tapi kutu busuk itu ternyata merebak kemana-mana," ujar Siti Fadilah.
"Apakah ini ada hubungannya dengan nyamuk Wolbachia atau penelitinya dulu tidak menganggap ada kutu busuk."
"Lah kita gak tahu apa yang akan muncul di sekliling kita nanti kalau Kemenkes meneruskan penyebaran nyamuk Wolbachia," paparnya.
Menurut spesialis jantung ini penyebaran nyamuk Wolbachia adalah suatu contoh dimana kebijakan pemerintah sangat mengagetkan masyarakat.
"Karena masyarakat tidak diberi tahu lebih dulu apa itu efeknya, apa efek positif apa efek negatifnya."
"Kenapa itu diberlakukan di masyarakat kita, bukankah itu program LSM asing World Mosquito Program (WMP) yang ingin mengaplikasikannya ke negara-negara lain."
"Kenapa kita jadi uji coba? Kenapa rakyat kita yang jadi kelinci percobaan," tanya Siti Fadilah.