“Polisi yang baik itu bukan hanya tegas, tapi juga bisa melayani dengan hati,” ujarnya.
Ia berharap komisi bentukan pemerintah dan Polri bisa mengubah paradigma lama menjadi Polisi Melayani, bukan hanya Polisi Mengatur.
“Kalau masyarakat merasa dilayani dengan baik, maka legitimasi Polri sebagai penjaga keamanan otomatis tumbuh dengan sendirinya,” tutupnya.
Pembentukan Komisi Reformasi Polri membawa harapan besar di tengah tuntutan publik terhadap transparansi dan pelayanan yang lebih baik. Namun, sebagaimana ditegaskan Dedy Tabrani, esensi reformasi bukan pada struktur semata, melainkan pada perubahan perilaku dan budaya pelayanan.
Ke depan, keberhasilan reformasi Polri akan sangat bergantung pada komitmen internal dan dukungan politik yang konsisten.
Jika keduanya bersinergi, Polri bisa kembali menjadi institusi yang dicintai dan dipercaya masyarakat.
Masyarakat kini menunggu bukti nyata, bukan sekadar janji reformasi. Sebab pada akhirnya, ukuran keberhasilan Polri ada pada satu hal: bagaimana rakyat merasakan pelayanan yang adil, cepat, dan manusiawi dari aparatnya.***
Artikel Terkait
Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sering Merasa Kesepian, Polisi Ungkap Fakta Baru soal Kondisi Mental Pelajar
Kok Bisa? Tanah Negara Dijual Lagi untuk Proyek Whoosh, KPK Temukan Modus Janggal yang Bikin Publik Geram
Pasar Tablet Global Ambruk 4,4%! Tapi Apple Malah Panen Untung di Tengah Krisis Gadget Dunia
Ledakan SMAN 72 Jakarta Ungkap Jejak Ideologi Ekstrem, Densus 88 Peringatkan Ancaman Dunia Maya bagi Remaja
Redenominasi Rupiah Kembali Dibahas, Akankah Uang Kita Jadi Lebih Kuat atau Malah Kacau? Inilah 6 Syarat agar Tak Picu Inflasi dan Kekacauan