Wafatnya Paku Buwono XIII, yang memiliki nama lahir Hangabehi Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar Kasunanan Surakarta, tetapi juga bagi masyarakat Jawa yang masih memegang erat nilai-nilai budaya leluhur.
Beliau dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, konsisten dalam menjaga kelestarian adat dan tradisi, serta aktif mempererat hubungan antarkeraton yang kerap dianggap sebagai simbol persatuan kultural di tanah Jawa.
Banyak warga dan pemerhati budaya menganggap wafatnya PB XIII sebagai akhir dari sebuah era simbolik yang menandai transisi generasi kepemimpinan budaya Jawa.
“Beliau adalah tokoh penjaga pakem, sosok yang menolak modernisasi membabi buta tanpa akar budaya,” ujar Suryo Wijoyo, pengamat budaya Jawa asal Solo, saat dihubungi terpisah.
Kematian PB XIII juga menjadi pengingat penting tentang peran spiritual dan sosial keraton sebagai pusat nilai dan kebijaksanaan lokal di tengah derasnya arus modernitas.
Ungkapan belasungkawa membanjiri media sosial, terutama dari masyarakat Jawa Tengah dan DIY.
Tagar #PBXIII dan #KeratonSurakarta sempat menjadi trending di platform X (Twitter), dengan banyak warganet membagikan foto-foto kenangan mendiang raja yang sering tampil dengan senyum teduh dan pakaian kebesaran khas keraton.
“Beliau bukan hanya raja, tapi guru budaya bagi generasi muda,” tulis akun @budayajawi dalam salah satu unggahan.
Baca Juga: Raja Keraton Surakarta PB XIII Wafat, Prosesi Pemakaman Penuh Adat Mulai Disiapkan
Banyak netizen juga berharap agar penerus PB XIII mampu melanjutkan semangat pelestarian budaya Jawa dengan cara yang relevan dengan zaman.
Duka yang dirasakan oleh Keraton Yogyakarta mencerminkan eratnya ikatan persaudaraan dan nilai spiritual yang diwariskan oleh para leluhur Mataram.
Di balik perbedaan wilayah dan administrasi, kedua keraton tetap bersatu dalam satu semangat: menjaga kelestarian budaya dan martabat Jawa.
Bagi masyarakat, wafatnya PB XIII bukan sekadar kehilangan seorang raja, melainkan kepergian simbol kebijaksanaan, keteduhan, dan penghormatan pada tradisi.
Sementara itu, Keraton Yogyakarta terus menunjukkan teladan melalui sikap hormat dan kebersahajaan, memperkuat pesan bahwa warisan budaya bukan sekadar sejarah, melainkan napas kehidupan yang harus dijaga lintas generasi.***
Artikel Terkait
Berbeda dengan Sang Istri, Hasil Tes Urine Onadio Leonardo Positif Narkoba, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan dari Rumahnya
Relawan Projo Heboh! Budi Arie Isyaratkan Gabung Gerindra Demi Perkuat Pemerintahan Prabowo-Gibran
Detik Detik Truk Tangki BBM Terguling di Cianjur, Picu Kebakaran Hebat Hanguskan Ruko dan Pusat Perbelanjaan
Hati-Hati! Ada 5 Titik Rekonstruksi di Tol Jakarta-Cikampek, Pengemudi Diminta Waspada
Hasto Bongkar Pesan Rahasia Megawati Tak Restui Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ini Alasannya...