Sandra Dewi Ngaku Barang Mewah Dibeli Sebelum Nikah, Tapi Penyidik KPK Bilang Begini....

“Sebagian besar barang itu dibeli dari hasil kerja keras Sandra di dunia hiburan, jauh sebelum mengenal Harvey,” ujar salah satu pengacara dalam keterangannya kepada media.

Publik pun terbelah. Di media sosial, sebagian netizen bersimpati, menilai Sandra hanya menjadi korban keadaan.

“Kalau dibeli sebelum nikah, kenapa disita?” tulis salah satu komentar yang ramai dibagikan di X (Twitter).

Namun, ada pula yang menilai penyidik wajar bersikap tegas karena pembuktian harta hasil kejahatan sering kali rumit jika sudah bercampur.

Baca Juga: Purbaya Dukung Kejagung Geledah Bea Cukai Terkait Korupsi Ekspor Limbah Sawit: Biarkan Prosesnya Berjalan

Dari sisi hukum, pakar pidana Universitas Padjadjaran, Dr. Arif Setiadi, menilai kasus ini menggambarkan kompleksitas pembuktian asset tracing pada tindak pidana korupsi keluarga pejabat.

“Kalau uang hasil kejahatan sudah masuk ke rekening istri atau keluarga, maka bisa dianggap ikut menikmati hasil kejahatan, kecuali bisa dibuktikan sebaliknya,” jelasnya.

Kejaksaan Agung sendiri menyebut penyitaan aset dilakukan demi menjamin pengembalian kerugian negara akibat korupsi timah yang mencapai lebih dari Rp271 triliun, menjadikannya salah satu kasus terbesar dalam sejarah Indonesia.

Kasus korupsi timah Bangka Belitung ini menyeret sejumlah pejabat dan pengusaha besar, termasuk Harvey Moeis yang telah divonis bersalah.

Skandal tersebut membuka tabir praktik manipulasi ekspor bijih timah yang merugikan negara hingga ratusan triliun.

Baca Juga: Bukan Endorse? 88 Tas Branded Sandra Dewi Disorot Kejagung, Terendus Aliran Dana Miliaran Hasil Korupsi Harvey Moeis!

Dalam konteks publik, nama Sandra Dewi menjadi simbol dilema moral antara cinta dan hukum.

Banyak kalangan menilai kasus ini menjadi pengingat pentingnya transparansi finansial dalam keluarga publik figur, terutama saat pasangan terlibat dalam bisnis yang diawasi negara.***