“Proses operasi DVI masih terus berjalan. Kami terus mendalami data antemortem dari keluarga korban dan mencocokkannya dengan hasil postmortem untuk memastikan keakuratan identitas,” ujarnya.
Proses identifikasi jenazah bukanlah hal yang mudah. Para anggota DVI harus bekerja dengan ketelitian tinggi, menjaga aspek ilmiah sekaligus empati terhadap keluarga yang menunggu kepastian.
RS Bhayangkara Surabaya menjadi pusat kegiatan utama, tempat keluarga datang silih berganti menyerahkan data dan mengenali ciri-ciri anggota keluarganya.
Setiap keberhasilan identifikasi membawa sedikit kelegaan bagi keluarga korban. Namun, bagi tim DVI, tugas masih panjang karena lebih dari separuh korban belum dapat dikenali.
Polda Jatim berkomitmen menyelesaikan proses identifikasi secepat mungkin agar seluruh korban bisa dimakamkan dengan layak dan pihak keluarga memperoleh kepastian hukum serta kemanusiaan.
Tragedi ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny bukan hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menggugah kepedulian publik di berbagai daerah.
Banyak pihak mulai dari pemerintah daerah, relawan, hingga masyarakat sipil turut memberikan bantuan moral dan material bagi para keluarga yang terdampak.
“Doa terbaik kami untuk para santri yang menjadi korban. Semoga keluarga diberi kekuatan menghadapi ujian ini,” tulis salah satu warganet di media sosial X, mencerminkan empati publik yang luas atas tragedi tersebut.***
Artikel Terkait
Tiga Santri Ponpes Al Khoziny Akhirnya Teridentifikasi, DVI Polda Jatim Ungkap Proses Mengharukan di Baliknya
Bangunan Ponpes Al Khoziny Runtuh! Kapolda Jatim: Penyebab Belum CDicari, Utamakan Selamatkan Korban
55 Kantong Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny Bikin Haru, Polisi Ungkap Proses Identifikasi DNA yang Penuh Tantangan
10 Santri Ponpes Al Khoziny Masih Hilang, Evakuasi Berpacu Waktu dengan Harapan Tipis di Tengah Puing
Ambruknya Ponpes Al Khoziny Ungkap Fakta Borok Infrastruktur, Ribuan Pesantren di Indonesia Tak Punya Izin Bangunan