Ia memperlihatkan bagaimana politik simbol digunakan untuk membangun narasi perdamaian.
Bagi Indonesia, ini bisa jadi momen emas untuk mempertegas peran sebagai jembatan antara dunia Arab dan Israel.
Namun di saat yang sama, diplomasi semacam ini menuntut komunikasi publik yang hati-hati agar tidak memicu kegaduhan politik di dalam negeri.
Pertanyaannya kini: apakah publik Indonesia siap menerima paradigma baru diplomasi luar negeri yang lebih realistis dan inklusif, atau justru tetap ingin bertahan pada sikap historis yang kaku?***
Artikel Terkait
Fakta Bertebaran Terjadinya Bencana Kelaparan yang Makin Memprihatinkan di Gaza, Israel Tetap Bantah Gaza Krisis Kelaparan
Israel Terus Gencar Serang Warga Palestina, Kali Ini Serbuan Diarahkan ke Kota Ramallah di Tepi Barat, 14 Orang Terluka
Trump Teken Keputusan Kontroversial, Departemen Pertahanan Kini Berganti Jadi Departemen Perang
Misteri Penembakan Diplomat RI di Peru, Investigasi Mengarah ke Sindikat Kriminal
Shigeru Ishiba Terpojok, Koalisi Kalah Pemilu, Tekanan Mundur dari Kursi PM Jepang Kian Keras