HUKAMANEWS – Inflasi domestik tercatat mengalami kenaikan pada Juli dan diperkirakan tetap berada di kisaran 2,30-2,50 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2025.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mencatat bahwa inflasi Indonesia saat ini sedang mengalami akselerasi dalam beberapa bulan terakhir, yaitu meningkat dari 1,60 persen (yoy) pada Mei lalu menjadi 2,37 persen (yoy) pada Juli 2025 dan mulai mendekati titik tengah target inflasi bank sentral.
" Sementara itu dari sisi eksternal, Indonesia saat ini menikmati episode derasnya aliran masuk arus modal asing dan penguatan rupiah dalam beberapa minggu belakangan," jelas pihaknya, Rabu 20 Agustus 2025.
Baca Juga: Bukan Cuma Surat Edaran, Mendagri Awasi Kepala Daerah Soal Kebijakan Tarif PBB
Indonesia mengalami arus modal masuk secara signifikan ke pasar obligasi dan saham masing-masing sebesar 0,92 miliar dolar AS dan 0,16 miliar dolar AS dalam beberapa minggu terakhir, dipicu oleh ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed.
Nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 1,04 persen (month to month/mtm) dalam satu bulan terakhir, menguat dari Rp16.265 per dolar AS pada 16 Juli lalu ke Rp16.100 per dolar AS pada 16 Agustus.
Namun, faktor eksternal terkini cenderung memiliki ketidakpastian yang tinggi. Dengan mulai berlakunya tarif dagang Trump, LPEM FEB UI mencatat bahwa risiko tekanan inflasi di beberapa bulan mendatang menjadi cukup nyata.
Keputusan BI untuk memotong suku bunga kebijakan di bulan lalu menandai pemotongan suku bunga ketiga selama 2025. LPEM FEB UI memandang, pemangkasan suku bunga lebih lanjut cenderung meningkatkan risiko naiknya inflasi dalam waktu dekat.
“Oleh sebab itu, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 5,25 persen pada RDG di Agustus 2025 dan sembari menjaga kewaspadaan terhadap kebutuhan intervensi dalam usaha stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah potensi tekanan eksternal yang terus meningkat,” kata Riefky.
Bank Indonesia (BI) masih melihat ruang penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate lebih lanjut setelah menurunkannya sebanyak tiga kali sejak awal tahun, namun tetap dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik.
“Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Tentu saja besar (besaran penurunan BI-Rate) dan timing-nya akan kami ukur sesuai dengan dinamika perekonomian global dan domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Artikel Terkait
Kena Tarif Impor 19 Persen, Sektor Garmen dan Alas Kaki Mulai Ancang - Ancang Balik Kanan Incar Pasar Jepang dan Eropa
Marak Jual Beli Rekening di Facebook, Waspada Jangan Tergiur dan Mudah Diberi Uang Jika Tak Ingin Jadi Bagian dari Kejahatan Perbankan
Tarif Impor Trump 39 Persen Bikin Ekspor Emas Batangan ke AS Terhenti, Industri Logam Mulia Dunia Panas Dingin
Hasil Retret Ala Prabowo Pejabat Cuma Bisa Bikin Statement Gaduh dan Bodoh, Termasuk Saat Pejabat OJK Ganti Istilah Pinjol Jadi Pindar
Pikir - Pikir Dulu Tarik Pajak di Sektor Online, Rojali Rohana Juga Marak Bertebaran di E-commerce