Menurut Setyo, ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh oleh setiap pemimpin yang ingin menjaga integritasnya.
Pertama, menolak segala bentuk privilege yang tidak sah, termasuk nepotisme dan penyalahgunaan wewenang.
Kedua, berpihak pada sistem dan aturan, bukan kepada individu atau kelompok.
Ketiga, bersedia diawasi dan menjaga transparansi dalam setiap keputusan yang diambil.
Lebih dari sekadar slogan, integritas menurut Setyo harus menjadi sikap hidup yang melekat dalam setiap kebijakan, bukan hanya simbol di momen seremonial.
Karena itu, KPK mendorong agar nilai-nilai antikorupsi benar-benar terinternalisasi dalam setiap aspek kepemimpinan, baik secara pribadi maupun kelembagaan.
Partisipasi KPK dalam program P3N ini menjadi bagian dari strategi pencegahan jangka panjang yang dirancang untuk menciptakan pejabat negara yang bersih, berkarakter kuat, dan profesional.
“Ini adalah bagian dari investasi moral bagi masa depan kepemimpinan Indonesia,” tegas Setyo.
Kegiatan P3N Angkatan XXV ini sendiri diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan digelar di Auditorium Gadjah Mada.
Melalui program ini, para calon pemimpin diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga berani menjaga integritas dalam menghadapi godaan kekuasaan.
Dengan semangat ini, KPK ingin memastikan bahwa estafet kepemimpinan bangsa ke depan benar-benar berada di tangan figur-figur yang siap membawa Indonesia menuju visi besar 2045—dengan fondasi yang kokoh: integritas.***
Artikel Terkait
Uang Rp 2,8 Miliar, Dua Senjata Api Disita KPK, Usai Geledah Rumah Pribadi Nan Mewah, Milik Kadis PUPR Topan Obaja Putra Ginting
KPK Belum Panggil Bobby Nasution, Tapi Ada Temuan Mengejutkan soal Aliran Uang Proyek Jalan Sumut
Jejak Digital Bobby Nasution Diendus KPK, Ada Komunikasi Mencurigakan di Kasus Suap Proyek Jalan Rp231 Miliar?
Terbongkar! Jejak Korupsi Mesin EDC Rp2,1 Triliun, KPK Geledah Rumah dan Kantor Terkait Kasus Bank BUMN
Datangi KPK, Menteri UMKM Sebut Istrinya ke Eropa Temani Anak Lomba, Padahal di Surat yang Beredar Misi Budaya