Hingga saat ini, pihak kejaksaan masih terus mendalami aliran dana dan kemungkinan adanya keterlibatan pihak lain, termasuk dari perbankan dan internal manajemen Sritex.
Kasus ini mengingatkan kita pada pentingnya pengawasan ketat dalam pemberian kredit berskala besar, apalagi jika melibatkan dana publik melalui bank milik pemerintah daerah.
Kasus Sritex menjadi preseden bahwa nama besar dan sejarah panjang tidak menjamin keberlangsungan sebuah perusahaan tanpa manajemen yang sehat dan transparansi yang kuat.
Kini, nasib ribuan karyawan dan puluhan kreditur Sritex berada dalam ketidakpastian.
Baca Juga: Kebaya RA Kartini Bisa Kita Lihat dari Dekat di Pameran Museum Nasional Jakarta
Pailitnya Sritex juga menjadi pukulan bagi sektor tekstil nasional yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor nonmigas Indonesia.***
Artikel Terkait
Usai Tangkap Enam Tersangka Grup Fantasi Sedarah, Polri Fokus Pemulihan Psikis para Korban
Anies Baswedan Ikut Antar Almarhum Suami Najwa Shihab ke Peristirahatan Terakhirnya di TPU Jeruk Purut
Tergiur Cuan, Warga Banjarnegara Jawa Tengah Pilih Ambil Risiko Promosikan Judi Online
Bareskrim Polri Beberkan Peran Enam Tersangka di Kasus Konten Inses di Grup Facebook
Berdiri Sejak 2024 dan Berhasil Kumpulkan 32 Ribu Pengikut, Kenapa Baru Sekarang Grup Fantasi Sedarah Keciduk