Gara-Gara Kredit Jumbo Rp3,6 T, Eks Dirut Sritex Iwan Lukminto Tengah Malam Diseret Penyidik Kejaksaan di Solo

Keputusan pailit ini diambil setelah perusahaan dinilai tidak mampu melunasi utang yang mencapai total Rp32,6 triliun.

Sejak saat itu, operasional perusahaan berhenti sepenuhnya pada Maret 2025 dan kini berada di bawah pengawasan kurator.

Menurut data dari kurator kepailitan, jumlah tagihan dari para kreditur yang tercatat mencapai Rp29,8 triliun.

Sementara itu, dampak sosial dari kebangkrutan Sritex juga sangat terasa.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa sebanyak 11.025 karyawan telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara bertahap sejak Agustus 2024 hingga Februari 2025.

Baca Juga: Kebaya RA Kartini Bisa Kita Lihat Dari Dekat di Pameran Museum Nasional Jakarta

Kini, kawasan pabrik Sritex terlihat lengang tanpa aktivitas produksi.

Pamflet larangan kegiatan pun terpasang di sejumlah titik, menandakan bahwa seluruh operasional harus seizin kurator.

Situasi ini menunjukkan bagaimana krisis keuangan yang bermula dari dugaan penyalahgunaan dana bisa menjalar ke berbagai aspek, mulai dari hukum hingga kesejahteraan ribuan pekerja.

Publik kini menanti langkah lanjutan dari Kejaksaan Agung.

Apakah status Iwan Lukminto akan dinaikkan menjadi tersangka atau tetap sebagai saksi, semuanya tergantung dari hasil pemeriksaan dan pendalaman bukti yang sedang berjalan.

Penelusuran aliran dana dan keterlibatan pihak lain juga menjadi fokus dalam kasus besar ini.

Baca Juga: Berdiri Sejak 2024 dan Berhasil Kumpulkan 32 Ribu Pengikut, Kenapa Baru Sekarang Grup Fantasi Sedarah Keciduk

Kasus ini tidak hanya menyangkut satu perusahaan, tapi juga menjadi gambaran bagaimana integritas dalam pemberian fasilitas kredit harus diawasi lebih ketat.

Dengan nilai kerugian triliunan rupiah dan dampak yang menyebar luas, Kejagung diharapkan mampu mengungkap fakta secara transparan agar publik mendapatkan kejelasan dan keadilan dapat ditegakkan.***