Kontroversi vasektomi ini menunjukkan pentingnya diskusi terbuka yang melibatkan berbagai perspektif, baik medis, hukum, sosial, hingga agama.
Tanpa itu, kebijakan berisiko menjadi instrumen kekuasaan, bukan sarana menciptakan kesejahteraan bersama.
Apakah pendekatan ekstrem seperti ini benar-benar solusi bagi kemiskinan struktural? Atau justru membuka babak baru dalam praktik diskriminasi kebijakan? Masyarakat berhak mendapatkan jawaban yang transparan dan berpihak.
Apakah menurut kamu kebijakan semacam ini adil dan tepat sasaran?***
Artikel Terkait
Ajakan Partai Buruh Lawan Kesewenang-wenangan Pengusaha, Ancaman 1 Juta Pekerja di PHK Sudah di Depan Mata
Sutiyoso Gak Nyaman Lihat Kelakuan Hercules dan Anak Buahnya, Lebih Tentara Daripada Tentara untuk Nakut-nakutin
Wajah Jurnalis Indonesia 2025, AJI Indonesia Sebut Masih Berkutat Pada Persoalan Upah Minim Resiko Besar
Hina Sutiyoso dengan Sebutan Bau Tanah, Jawara Betawi Ini Ancam Hercules, Awas Lo Yee, Semua Lagi Mantau Lo, Ati-ati!
Ini Alasn 2 Mei Diperingati Sebagai Hari Pendidikan Nasional, Simak Sejarah dan Maknanya