Di media sosial, keluhan terus berdatangan.
Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah dari akun X (Twitter) @ariepujaa, yang mencurahkan pengalamannya.
Ia mengaku rumahnya kosong, namun tetap menerima tagihan fantastis akibat klaim meteran buram dan kekurangan bayar bulan sebelumnya.
Tagihan listriknya melonjak dari sekitar Rp66 ribu menjadi lebih dari Rp1,3 juta hanya dalam sebulan.
Contoh ini menjadi ilustrasi nyata bagaimana publik merasa dikejutkan oleh sistem yang tidak sepenuhnya transparan.
Baca Juga: PLN Berikan Kompensasi 10 Persen untuk Korban 8 Jam Pemadaman Listrik di Sumatera
Kasus-kasus seperti ini bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik jika tidak ditangani dengan serius.
Dengan situasi yang semakin memanas, desakan agar PLN lebih akuntabel bukan sekadar saran—ini sudah menjadi keharusan.
Apalagi jika pemerintah ingin mempertahankan kepercayaan publik di tengah tekanan ekonomi pasca-Lebaran.
Kejelasan, transparansi, dan komunikasi yang terbuka kini menjadi kunci utama agar persoalan ini tidak semakin membesar.
Artikel Terkait
Kabar Baik, Ini Tarif Listrik PLN Per kWh untuk Semua Golongan Mulai 1 Mei 2024
PLN Berikan Kompensasi 10 Persen untuk Korban 8 Jam Pemadaman Listrik di Sumatera
90 Ribu Pelanggan PLN di Sukabumi dan Cianjur Gelap Gulita! Ini Penyebabnya dan Langkah Cepat Pemulihannya
Tarif Impor Trump Picu Kekhawatiran Global, Dari PHK Massal Hingga Ancaman Resesi Ekonomi
Trump "Sang Pendamai" Buktikan ke Dunia Dirinya Pembantai Warga Sipil Yaman Tak Bersenjata, yang Sedang Rayakan Idul Fitri