HUKAMANEWS – Kebijakan tarif impor terbaru dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang panggung ekonomi global.
Dengan label “Liberation Day”, Trump menetapkan tarif impor tinggi hingga 50 persen untuk sejumlah negara seperti Lesotho, Vietnam, dan China.
Alih-alih membawa angin segar, kebijakan ini justru menebarkan awan gelap bagi pelaku usaha dan perekonomian internasional.
Tak sedikit kalangan bisnis dan ekonom ternama yang menilai kebijakan ini terlalu agresif dan berisiko memicu gejolak besar, terutama dalam jangka menengah hingga panjang.
Salah satu suara kritis datang dari Mark Zandi, Kepala Ekonom Moody’s Analytics, yang memprediksi bahwa kebijakan tarif ini bisa menyeret Amerika masuk ke jurang resesi.
Tingkat pengangguran bisa melonjak hingga 7,5 persen, sementara inflasi akan menekan daya beli masyarakat.
Bagi keluarga di AS, tarif impor ini berarti beban baru: tambahan pengeluaran hingga 3.800 dolar AS per tahun akibat harga barang yang melonjak.
Sektor-sektor padat karya seperti manufaktur, pertanian, hingga ritel dan perhotelan diperkirakan akan jadi korban pertama.
Para petani di AS, misalnya, menghadapi potensi kerugian akibat kebijakan balasan dari negara-negara mitra dagang seperti China dan Kanada.
Meskipun data pekerjaan bulan Maret 2025 menunjukkan penambahan 228.000 lapangan kerja—melampaui ekspektasi analis—tingkat pengangguran justru naik menjadi 4,2 persen.
Sektor kesehatan dan transportasi memang tumbuh, namun ketidakpastian akibat tarif membuat banyak perusahaan menahan diri dalam melakukan perekrutan baru.
Imbas kebijakan ini ternyata tak berhenti di dalam negeri Amerika saja.
Di Indonesia, efek domino mulai dirasakan, terutama bagi industri yang bergantung pada pasar ekspor Amerika Serikat.
Artikel Terkait
Demi Efisiensi Anggaran, Trump Dekati Rusia dan China untuk Kembali Bahas Perundingan Senjata Nuklir
Masih Ada Peluang Lawan Kebijakan Ekonomi Donald Trump, Asal Indonesia Optimis
Donald Trump Lakukan Penghematan Di Internal Pentagon
Usai Pukul Trump, Presiden Ukraina Zelenskyy Tak Akui Sempat Debat Panas dengan Trump dan Pukul Trump
Di Balik Pertikaian Sengit Zelenskyy dan Trump, Zelenksyy Terus Umbar Kebohongan Soal Diplomasi dengan Putin