Setelah berhasil mencapai puncak dan menuntaskan misi, cuaca ekstrem datang tanpa ampun. Angin kencang dan suhu yang membekukan menyebabkan mereka mengalami hipotermia.
Lilie dan Elsa akhirnya berpulang pada 1 Maret 2025 pukul 02.07 WIT di puncak tertinggi Indonesia itu.
Perjalanan panjang mereka dalam dunia pendakian penuh dengan kisah yang menginspirasi.
Dari mendaki Semeru sebagai hadiah ulang tahun hingga membentuk komunitas "Kura-Kura Gunung" yang melahirkan banyak pendaki baru.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa alam memiliki kuasa yang tak bisa ditawar.
Gunung adalah tempat keindahan, tetapi juga tempat yang menuntut kesiapan dan ketahanan.
Komunitas pendaki berduka atas kepergian dua sahabat ini. Mereka bukan sekadar pendaki, tetapi simbol dari tekad dan persahabatan sejati.
Kisah Lilie dan Elsa menjadi bukti bahwa mendaki bukan hanya soal menaklukkan puncak, tetapi juga tentang menaklukkan diri sendiri.
Mereka berpulang di tempat yang mereka cintai, meninggalkan jejak yang akan selalu dikenang.***
Artikel Terkait
Lagi, Satu Pendaki Zhafirah Wafat Imbas Erupsi Gunung Marapi, Korban Sempat Dirawat di Rumah Sakit
Innalillahi, 5 Pendaki Gunung Cikuray Garut Tersambar Petir, 1 Orang Meninggal Dunia, Begini Kronologinya
Pendaki Asal Semarang Meninggal di Gunung Agung, Simak Kronologi dan Penyebab hingga Proses Evakuasi Selama 27 Jam
Hipotermia Menjadi Pemicu Kematian Pendaki Asal Bandung di Puncak Jaya Cartenz
Ternyata, Penyanyi Fiersa Besari Ikut dalam Rombongan Pendaki Senior Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, yang Tewas Saat di Puncak Carstensz Papua