Keseriusannya dalam menempuh pendidikan tidak berhenti di situ.
Fadli Zon meraih gelar Master of Science dari The London School of Economics and Political Science (LSE) di Inggris.
Pada 2016, ia meraih gelar Doktor dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, dengan jurusan Ilmu Sejarah.
Apakah Pendidikan Tinggi Cukup?
Meski kaya akan prestasi akademik, Yos Suprapto menilai hal itu tidak cukup untuk menjadi seorang Menteri Kebudayaan.
Bagi Yos, pemahaman terhadap seni dan budaya tidak bisa hanya dilihat dari gelar akademik, melainkan juga dari empati dan keterbukaan terhadap ekspresi seni.
“Pemimpin di sektor kebudayaan harus punya kemampuan memahami seni sebagai refleksi masyarakat, bukan hanya sebagai objek kritik,” tambah Yos.
Publik Mulai Bertanya
Pernyataan Yos Suprapto mendapat dukungan dari berbagai kalangan, terutama komunitas seni. Banyak yang merasa bahwa keputusan membatalkan pameran Yos adalah bentuk pembungkaman ekspresi seni.
“Ini bukan sekadar masalah pembatalan pameran, tapi soal bagaimana seni dipahami di tingkat pengambil kebijakan,” ujar seorang pengamat seni yang enggan disebutkan namanya.
Kesenjangan Antara Gelar dan Realita
Polemik ini memperlihatkan kesenjangan antara gelar akademik yang tinggi dan implementasi pemahaman seni di lapangan.
Gelar Doktor di bidang sejarah atau pengalaman di Teater Sastra UI ternyata belum cukup untuk membangun sensitivitas terhadap isu-isu seni yang lebih luas.
Artikel Terkait
Dibredelnya Lukisan Yos Suprapto Disebut Anies Baswedan, Seberapa pun Seni Dilarang, Ia Akan Selalu Menemukan Jalannya
Konflik Panas Pameran Yos Suprapto, Lukisan Diturunkan, Kurator Mundur, dan Karya Pulang ke Jogja!
Bonnie Triyana Sentil Galeri Nasional Terkait Penutupan Pameran Yos Suprapto: Jangan-jangan Seni Jadi Korban Politik?
Lima Lukisan Yos Suprapto Dicekal, Telanjang dalam Seni Katanya! LBH menilai: Pelanggaran HAM
Meradang Lukisannya Disebut Maki-maki Seseorang, Yos Suprapto Sebut Fadli Zon Tak Pantas Jadi Menteri Kebudayaan