Golput Tinggi di Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Strategi Borongan Parpol ala Mulyono Jadi Biang Keladinya?

photo author
- Kamis, 5 Desember 2024 | 15:05 WIB
Ilustrasi: Golput tinggi di Pilkada Jakarta 2024, Eko Widodo salahkan Mulyono borong 12 partai, bukan KPU. Apa yang sebenarnya terjadi? (Instagram @polresbrebes / HukamaNews.com)
Ilustrasi: Golput tinggi di Pilkada Jakarta 2024, Eko Widodo salahkan Mulyono borong 12 partai, bukan KPU. Apa yang sebenarnya terjadi? (Instagram @polresbrebes / HukamaNews.com)

Di sisi lain, hanya PDI Perjuangan yang memilih berada di luar koalisi besar tersebut dengan mengusung pasangan Pramono Anung-Rano Karno.

Meski begitu, aliansi besar ini tak sepenuhnya menjamin kemenangan, terutama jika merujuk pada rendahnya tingkat partisipasi.

Pilpres dan Pilkada: Kontras Partisipasi

Tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 14 Februari 2024 tercatat lebih dari 80 persen, jauh melampaui angka partisipasi di Pilkada Jakarta.

Baca Juga: Sudah Retak dan Tak Mesra Lagi di PDI-P, Jokowi Sekeluarga Resmi Dipecat

Banyak pihak mempertanyakan, mengapa antusiasme yang tinggi saat Pilpres tak berlanjut dalam Pilkada?

Beberapa analis politik menyebut, strategi politik Mulyono yang dianggap terlalu dominan membuat pemilih merasa tak ada lagi pilihan yang relevan.

"Kalau semua partai mendukung satu kubu, publik jadi malas memilih karena merasa suara mereka tak lagi punya arti," ujar seorang pengamat yang enggan disebutkan namanya.

Fenomena golput ini menjadi refleksi dilematis demokrasi di Indonesia, khususnya di Jakarta yang kerap dianggap barometer politik nasional.

Baca Juga: Viral di X, Desakan 'Copot Gus Miftah' Gegara Mengolok-Olok Penjual Es Teh, Netizen Tagih Respons Presiden Prabowo

Apakah langkah konsolidasi parpol besar seperti ini akan terus berlanjut di masa depan? Atau, justru akan melahirkan gerakan balik arah dari pemilih yang kecewa?

Yang jelas, rendahnya partisipasi pemilih adalah tamparan keras bagi semua pihak yang terlibat dalam Pilkada Jakarta.

Ke depan, perlu ada evaluasi mendalam agar demokrasi di Indonesia tidak hanya menjadi formalitas tanpa makna.

Pilkada Jakarta 2024 mengajarkan kita, bahwa dominasi politik mungkin saja menjadi bumerang yang justru menjauhkan rakyat dari bilik suara.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X