HUKAMANEWS - Tindakan Presiden Prabowo yang mengkampanyekan pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng, dianggap merendahkan kapasitasnya sebagai seorang presiden.
Kritikan atas sikap Presiden Prabowo ini dianggap tak bermutu, bahkan menurunkan kelas Prabowo sebagai kepala negara bertaraf internasional.
Kecaman ini datang dari aktivis Denny Siregar dikutip dari akun media sosial X Denny Siregar, pada Sabtu (9/11),
"Pak @prabowo level bapak sudah internasional dgn banyak kepala negara seluruh dunia.."
"Please, jangan rendahkan jabatan itu hanya untuk endorse2 calon kepala daerah. Gak mutu, pak. Turun kelas jadinya.."
"Ibarat Dua Lipa akhirnya nyanyi dangdut koplo"
Baca Juga: Harga Huawei P40 Pro Plus Anjlok! Smartphone Flagship dengan Kamera Gahar Kini Lebih Terjangkau
Kritikan lebih keras juga diungkap akun X KrisNa Ad1, @ahmad_bellamy, yang menganggap tindakan Prabowo lebih parah dari Mulyono (Jokowi).
"Seorang kepala negara sampai memohon untuk milih calon modelan umbel balita, adeh soryyyy yeee"
"Kalah menang urusan mburi, HARGA DIRI DI ATAS SEGALANYA"
Sebelumnya video Presiden Prabowo yang diapit pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Luthfi dan Yasin ramai beredar di media sosial.
Dalam video tersebut ketiga tokoh sama-sama kompak mengenakan baju berwarna biru.
Presiden Prabowo memberi kata sambutan, bahwa pada 14 Februari 2024 masyarakat Indonesia telah selesai mengikuti Pilpres ajang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Artikel Terkait
Dari Miliaran hingga Jutaan Dana Kampanye Cagub Pilkada 2024 Jakarta Bikin Geleng-Geleng Kepala! Intip Besaran Setiap Paslon?
Pilkada Jakarta Makin Panas! Elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono Memimpin, Persaingan Ketat dengan Pramono-Rano
Jakarta Pilkada 2024, Gimmick Ketiga Cagub, Siapa yang Berani Tampil dengan Solusi Nyata Bukan Janji Manis?
Jelang Pilkada 2024, Jokowi Peringatkan TNI, Stabilitas Negara dalam Genggaman, Jangan Sampai Ada Riak!
Diganjal dalam Ajang Pilkada DKI, Anies Baswedan Tak Sakit Hati, Cuma Warning Demokrasi dalam Bahaya