Kenaikan suhu ini dipicu oleh emisi gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.
Pemanasan global berdampak langsung pada kenaikan permukaan air laut yang terus berlangsung dari tahun ke tahun.
Antara tahun 1993 dan 2002, permukaan air laut global meningkat rata-rata 2,1 mm per tahun. Namun, dalam periode 2013 hingga 2021, angka ini melonjak menjadi 4,4 mm per tahun.
Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh mencairnya gletser dan lapisan es di kutub.
Baca Juga: Update Harga HP Vivo yang Turun di November 2024, Cek Smartphone Incaranmu dari Seri V hingga X
Situasi ini tidak hanya mengancam wilayah pesisir di seluruh dunia, tetapi juga menunjukkan betapa mendesaknya krisis iklim yang sedang berlangsung.
Dwikorita menegaskan bahwa situasi ini merupakan kondisi serius yang harus direspons secara aktif oleh berbagai pihak.
Indonesia dalam Ancaman Perubahan Iklim: Bukti dari Puncak Jaya
Indonesia juga telah merasakan bukti nyata dari perubahan iklim, salah satunya adalah mencairnya es tropis di Puncak Jaya, Papua.
Menurut catatan BMKG, luas tutupan salju abadi di Puncak Jaya telah menyusut drastis hingga 98 persen.
Dari luas awal 19,23 kilometer persegi pada tahun 1850, kini hanya tersisa 0,23 kilometer persegi pada April 2022.
Mencairnya es di Puncak Jaya menjadi bukti nyata bagaimana krisis iklim mengancam ekosistem di wilayah tropis.
Fenomena ini juga menunjukkan bahwa peningkatan suhu global tidak hanya berdampak di kutub, tetapi juga menjangkau wilayah-wilayah tropis seperti Indonesia.
Artikel Terkait
Aksi Muda Jaga Iklim Hadir dengan Parade Monster Plastik di 5 Kota, Siap Menyuarakan Perubahan!
Prabowo Tunjuk Hashim Djojohadikusumo Pimpin Delegasi Indonesia di COP29 Baku, Perjuangkan Target Emisi hingga Pendanaan Iklim
COP29 Akan Mengubah Nasib Bumi, Inilah 4 Fokus Utama Paling Mendesak dalam Menghadapi Krisis Iklim
Jadwal COP29 Baku, Harapan dan Aksi Nyata untuk Krisis Iklim Dunia
World Cities Day 2024, 6 Inovasi Kota Dunia untuk Hidup Lebih Nyaman dan Ramah Lingkungan