Langkah Baru Kasus Penyalagunaan Narkoba Epy Kusnandar dan Era Baru Penegakan Hukum, Inilah Restorative Justice Muncul sebagai Alternatif!

Hal ini membutuhkan keterbukaan dan kesediaan untuk memaafkan yang mungkin sulit ditemukan, terutama dalam kasus yang sensitif seperti narkoba.

Namun, keuntungan yang ditawarkan oleh restorative justice tidak bisa diabaikan begitu saja.

Proses ini biasanya lebih cepat dibandingkan pengadilan tradisional dan bisa mengurangi biaya litigasi yang tidak sedikit.

Baca Juga: Intip Yuk 7 Model Rumah Impian Dengan Biaya Cuma Rp10 Juta Saja, Inspirasi Super Duper Hemat!

Selain itu, dengan fokus pada pemulihan, restorative justice dapat mengurangi kemungkinan pelaku melakukan tindak pidana serupa di masa depan.

Pendekatan ini mendapat tanggapan yang beragam dari masyarakat dan pakar hukum.

Ada yang menyambut baik karena melihatnya sebagai langkah progresif dalam reformasi hukum di Indonesia yang selama ini dianggap terlalu rigid.

Baca Juga: Epy Kusnandar Alias Kang Mus di 'Preman Pensiun Ditangkap Narkoba, Polisi Pertimbangkan Rehabilitasi

Di sisi lain, ada pula yang skeptis dan khawatir restorative justice hanya akan menjadi jalan keluar bagi pelaku kejahatan untuk menghindari hukuman yang setimpal.

Kasus Epy Kusnandar dan penerapan restorative justice di Indonesia membuka diskusi baru tentang bagaimana kita seharusnya menangani pelanggaran hukum di masa depan.

Ini adalah langkah berani yang bisa menjadi contoh bagi kasus-kasus lainnya, terutama yang melibatkan pelanggaran oleh individu yang mungkin membutuhkan bantuan medis atau psikologis lebih dari sekadar hukuman penjara.

Baca Juga: 4 Rahasia Tersembunyi Kacang Mete untuk Kesehatan, Dari Turunkan Kolesterol Hingga Lindungi Jantung Anda, Simak Lengkapnya di Sini

Pada akhirnya, restorative justice bukan hanya tentang bagaimana memperbaiki kesalahan, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai masyarakat memilih untuk merespons kesalahan tersebut.

Dengan pendekatan yang lebih manusiawi, kita mungkin bisa menciptakan sistem hukum yang lebih adil dan efektif, sekaligus lebih berempati terhadap kondisi manusia yang kompleks.***