Kehidupan Diaspora Indonesia di Eropa Harus Beradaptasi Dengan Masalah Global

photo author
- Kamis, 30 November 2023 | 12:41 WIB
Sakaria Wielgosz, diaspora Indonesia tinggal di Eropa Swiss (Elizabeth Widowati )
Sakaria Wielgosz, diaspora Indonesia tinggal di Eropa Swiss (Elizabeth Widowati )

HUKAMANEWS - Tinggal di luar negeri terbayang di pikiran, jelas enak dan menyenangkan. Fasilitas memadai dan tentu bekerja pun di nilai cukup mahal. Benarkah ini dirasakan para diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri?

Sakaria Wielgosz, diaspora Indonesia yang tinggal di Swiss menjawab, tidak semua bayangan indah ini terjadi ketika tinggal di Eropa.

"Tinggal di Eropa justru sangat rentan dengan persoalan global dunia, seperti halnya ketika terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Swiss yang terbilang negara kecil ini pun juga memiliki sikap politik tersendiri terhadap persoalan perang kedua negara ini," kata Saka, panggilan akrab Diaspora Indonesia ini saat berbincang dalam diskusi Diaspora Berbicara, pada 29 November 2023 di radioganjar.com.

Baca Juga: Benarkan Analisa Rocky Gerung Soal Dinasti Jokowi Tak Lagi Berpihak Pada Rakyat, PDIP Cabut Laporan Terhadap Rocky Gerung

"Yang terberat saat itu adalah dengan adanya virus Covid. Dampaknya sama seperti yang terjadi di Indonesia, yaitu ekonomi melemah dengan terimbasnya kebijakan lock down," tambah Saka.

Sementara hal yang sama juga terjadi di negara Eropa belahan lainnya, yaitu Jerman. Dari cerita Narendra Ning Ampeldenta yang juga diaspora Indonesia ini mengatakan ada sekitar 22 ribu diaspora indonesia di Jerman. Akibat virus Covid, mereka juga dirumahkan.

"Dua puluh dua jam kerja, dikurangi. Dengan kondisi ini berdampak pula dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Contohnya seperti listrik dan gas.Ubtuk mahasiswa masih cukup beruntung karena dibantu dana dari pemerintah sebesar 300 euro, pada saat itu," cerita Narendra.

Baca Juga: Universitas Indonesia Kembangkan Game dan Komik Tokoh Wayang Berbasis Gen Z untuk Pengembangan Karakter Anak

Beda dengan Swiss, keadaan di Jerman saat ini sudah mulai pulih. Sudah tidak ada pembatasan dan lapangan kerja pun mulai  banyak dibutuhkan.

"Terbaru, saat ini Jerman terus memantau kondisi politik di negara tetangga yaitu Belanda yang tengah didominasi oleh partai sayap kanannya," tambahnya.

Perbedaan diaspora dan migrasi terletak pada identitas. Masyarakat yang melaksanakan diaspora tetap mempertahankan identitas mereka. Sedangkan dalam migrasi, para migran lebih sering melepaskan identitasnya dan tidak adanya lagi rasa keterikatan terhadap tanah air mereka.

Baca Juga: Diperlakukan Tak Adil dalam Skor Pemenang MCI ke 11, Kiki Kini Dilirik Chef Sekelas Wayan Kresna untuk Diajak Kolab

Dari sebuah survey seperti disampaikan Country Head Robert Walters Indonesia, Eric Mary, menyebut terjadi kenaikan minat diaspora Indonesia untuk kembali ke Tanah Air.

Salah satu faktornya, seperti keinginan untuk mengurus orang tua dan tinggal lebih dekat dengan kerabat dan pasangan di Indonesia. Hal ini muncul sebanyak 68%.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X