lingkungan

Fenomena Blood Moon 7–8 September 2025, Langit Indonesia Jadi Panggung Kosmik Merah Membara

Sabtu, 6 September 2025 | 19:30 WIB
Bulan merah Blood Moon tampak di langit malam saat gerhana total (HukamaNews.com / Foto: tatarmedia-puspita)

Mitos, Tradisi, dan Rujukan Kitab Suci

Di dunia Barat, istilah Blood Moon muncul sejak lama, bahkan disebut dalam Alkitab, seperti dalam Kitab Yoel 2:31. Tak heran jika fenomena ini sering dikaitkan dengan pertanda kiamat atau bencana.

Di Nusantara, masyarakat Jawa zaman dahulu memandang gerhana sebagai isyarat gaib.

Ada tradisi memainkan gamelan atau melakukan ritual slametan untuk “mengusir Batara Kala” yang diyakini sedang menelan bulan.

Dalam Islam, al-Qur’an tidak mengenal istilah “bulan darah”, tetapi beberapa ayat menyebut fenomena kosmik sebagai tanda kebesaran Allah.

Baca Juga: Kok Bisa Suhu Dingin Padahal Bumi Lagi Jauh dari Matahari? Ini Penjelasan BMKG Tentang Fenomena Aphelion yang Jarang Orang Tahu!

Misalnya, QS Yunus: 5 yang menegaskan peredaran bulan dan matahari sebagai sarana manusia menghitung waktu.

Presisi Astronomi: Jadwal Gerhana Bisa Dihitung Ratusan Tahun

Berbeda dengan tafsir mistis, ilmu pengetahuan mampu memprediksi gerhana bulan dengan sangat akurat. NASA bahkan sudah menerbitkan jadwal gerhana hingga tahun 2100.

Berdasarkan data NASA, puncak gerhana bulan total kali ini akan terjadi pada pukul 01.12 WIB dengan totalitas selama 82 menit. Seluruh proses gerhana berlangsung sekitar 5 jam 15 menit.

Ironisnya, meski sains mampu menghitung gerhana hingga hitungan detik, umat manusia masih sering berbeda pendapat soal penentuan awal Ramadhan dan Idulfitri.

“Gerhana bisa dihitung dengan presisi, tapi hilal setipis dua derajat masih menjadi bahan perdebatan,” kata seorang pengamat langit.

Baca Juga: Gunakan Sabut Kelapa, Siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta Kenalkan Sepatu Anti Bau

Manfaat Ilmiah Blood Moon

Fenomena Blood Moon juga memberi peluang penelitian bagi ilmuwan. Warna merah yang terlihat pada bulan ternyata bisa dipakai untuk mempelajari kondisi atmosfer bumi, termasuk kandungan debu vulkanik, polusi, hingga uap air.

Halaman:

Tags

Terkini