HUKAMANEWS - Iran bersumpah akan membalas cepat setelah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir utamanya pada Ahad dini hari, 22 Juni 2025.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan bahwa perang telah dimulai, dan setiap warga atau personel militer AS di kawasan kini menjadi sasaran.
Serangan ini menyusul serangkaian peringatan Iran terhadap kemungkinan balasan atas agresi militer, memperluas konflik yang sebelumnya terjadi antara Iran dan Israel menjadi potensi perang besar di Timur Tengah.
Serangan AS melibatkan pembom siluman B-2 yang menjatuhkan bom penghancur bunker, untuk menargetkan situs pengayaan uranium Iran yang sangat terlindungi, seperti Fordow.
Situs-situs tersebut diduga berada jauh di bawah tanah, dan hanya bisa dihancurkan dengan bom seberat 15.000 kilogram yang dapat menembus hingga 60 meter.
Kementerian Pertahanan Israel pun meningkatkan status siaga nasional dan membatasi aktivitas publik, seiring ketegangan meningkat drastis setelah keterlibatan langsung AS dalam konflik bersenjata.
Iran pada Senin (23/6) kembali melancarkan serangan rudal ke Israel di tengah meningkatnya ketegangan di antara kedua negara, menurut militer Israel.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan bahwa serangan rudal tersebut memicu sirene peringatan serangan udara di wilayah tengah dan utara Israel.
Mereka mengatakan bahwa sistem pertahanan udara sedang berupaya mencegat rudal-rudal yang ditembakkan Iran.
Ketegangan memuncak sejak 13 Juni lalu, ketika Israel melancarkan serangan mendadak ke sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Serangan itu memicu serangan balasan dari Iran.
Sejak itu, sedikitnya 430 orang telah tewas dan lebih dari 3.500 orang cedera di Iran akibat serangan-serangan Israel. Di lain pihak, Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya cedera.***